tersenyum penuh kemenangan
menyambut lesatan anak panah
menangkapnya tepat dalam genggaman.
''Maaf Tuan, tanganku telah terbiasa menaklukan bisa!"
Gadis penuh impian mata panah dalam genggaman,
menghilang bersama anyir darah bercampur wangi anggrek.
 Esok pagi, hanya ada anggrek yang tak pernah surut wanginya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!