Ya karena yang diviralkan adalah para figur sentral yang senang juga bergerombol dengan perangkat simulacra serta kepentingannya masing masing. Rakyatnya hanya ikut arus, copy cat dan copy paste, namanya juga gerombolan, yang biasa dengan hiburan murah meriah bertema gibah bermutu rendah yang semakin mewabah. Kebodohan dibiarkan, kepintaran dicurigai, kreativitas di interupsi, hak asasi di intervensi.
Andai anda yang menjadi penduduk negeri gerombolan, pastikan posisi anda ada di gerombolan mana, tapi jangan coba coba bawa atribut gerombolan tertentu di jalanan, bisa bisa anda dipersekusi oleh gerombolan lain. Ada juga pilihan menjadi warga gerombolan baru, yang ngga ikut tren, mungkin lebih aman dari persekusi dan vigilante, tapi siap siaplah untuk diisolasi, dicela dan dimaki.
Ah sudahlah...semua ini hanyalah ilusi, cerita fiksi dari negeri dongeng pengantar tidur buat kaum gerombolan (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H