Ciri-ciri orang munafik yang disebutkan dalam Al-Qur'an maupun yang disampaikan oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam seharusnya membuat umat Islam mawas diri, introspeksi, bermuhasabah, tengoklah kedalam, bukan malah kesana kemari mengumbar tuduhan tak berdasar kepada sesama muslim. Enteng lidah menuding orang lain munafik, tapi kemunafikan berat yang ada pada diri sendiri mungkin saja luput dari perhatiannya.
Lebih fatal lagi bila orang orang seperti ini justru  melakukan "bias konfirmasi" dengan menyebarkan referensi untuk sekadar justifikasi, yang sesungguhnya 'ngga nyambung' dengan konteks persoalan yang terjadi. Tak jarang terjadi penelikungan dalil guna memuaskan hawa nafsunya dalam mencapai target target duniawi jangka pendek.
Perilaku seperti itu sungguh berbahaya, bukan saja menjadi ladang dosa bagi yang bersangkutan, melainkan juga fitnah sekaligus pembunuhan karakter terhadap orang lain, dua kekeliruan fatal dalam satu tindakan.
Dalam perubahan sosial politik belakangan ini, gejala demikian semakin mengemuka, bahkan orang yang paham agama juga kadang terjebak kedalamnya, blunder. Sementara orang orang yang "setengah matang" dalam ilmu ilmu agama Islam pun latah tergopoh gopoh mengikutinya tanpa koreksi apalagi tabayyun.
Akhirnya, media sosial yang dijadikan 'lapangan tembak' guna memuaskan dendam sosial yang menumpuk. Inilah yang disebut sebagai penggunaan 'social tools' oleh mereka yang tak memiliki 'social skills', bikin gaduh saja, bising tak berkualitas, yang biasanya berujung konflik.Gegar budaya, gegar teknologi sangat terasa mengemuka, inilah dampak dari dunia yang sedang berubah cepat.
Dunia hari ini sedang menghadapi fenomena disruption (disrupsi), situasi di mana perubahan teknologi tidak lagi linear. Perubahannya sangat cepat, tercabut dari akarnya, sehingga mengganggu pola tatanan lama untuk menciptakan tatanan baru, yang efeknya terasa juga di lingkungan pergaulan sosial, hingga menyentuh ranah religi, orang menjadi sangat impulsif menyikapi perbedaan. Akhirnya menjadi sindrom saling serang dengan dalil dalil yang sengaja dipelintir, ini interaksi yang keliru bahkan fatalis.
Pengetahuan agama yang dangkal  telah dimanipulasi serta digunakan untuk menyerang sesama muslim. Sungguh hal tersebut merupakan contoh buruk pengamalan dari pengetahuan keagamaan seseorang. Oleh sebab itu sebaiknya kita lebih berhati-hati dalam hal ini, sebaiknya tingkatkan literasi.
Pelajari dan pahami ilmu ilmu agama dengan benar dan komprehensif, bukan hanya memahaminya secara sepotong sepotong, lalu dengan gegabah mengambil kesimpulan sendiri dengan tuduhan tuduhan sepihak yang sangat merugikan pihak lain. Wallahu waliyyut taufiq (*)
SELF Reminder
AMAL terbaik itu menilai diri sendiri, muhasabah, tengok kedalam, di cek, sebab boleh jadi dosa, aib dan keburukan diri sendiri lebih banyak daripada orang lain.