Mohon tunggu...
Ruli Mustafa
Ruli Mustafa Mohon Tunggu... wiraswasta -

THE TWINSPRIME GROUP- Founder\r\n"Jangan lihat siapa yang menyampaikan, tapi lihat apa yang disampaikannya" (Ali bin Abi Thalib ra). E-mail : hrulimustafa@gmail.com. Ph.0818172185. Cilegon Banten INDONESIA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berburu ke Padang Datar, Dapat Rusa Belang Kaki

2 Maret 2018   10:22 Diperbarui: 2 Maret 2018   10:30 4224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: muslimah.or.id

Ini peribahasa berlanggam pantun, yang berisi nasihat sekaligus satire (sindiran) bagi para pencari ilmu. Lengkapnya berbunyi "Berburu ke padang datar mendapat rusa belang kaki, berguru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi". Maknanya adalah kalau seseorang itu mau menuntut ilmu dan menjadi orang yang benar-benar berilmu maka ia harus menempuhnya tanpa tanggung-tanggung, jangan setengah setengah.

Ibarat bermain sepakbola ya harus "all out" (habis-habisan) jangan hanya main bola tanggung, nanti enggak gol-gol". Contoh lain ibarat baca koran atau buku, jangan hanya sekedar baca "headline" atau judul sampulnya saja, tapi baca hingga titik koma terakhir dan yang penting mengerti kontennya. Belajar sesuatu ilmu itu jangan hanya di tepian, tapi selami samuderanya, jangan pula sampai tenggelam di dalamnya, alias harus tahu aturan dan tujuan akhirnya, jangan ngambang, lalai karena keasyikan dengan waktu tapi lupa tujuannya.

Dalam lanskap profesionalitas, ada 3 hal yang terkait dengan proses pencapaian manfaat ilmu optimal, yakni pertama punya Passion (gairah, semangat terhadap minat), kedua Fokus dan ketiga Istiqomah (konsisten),  tanpa memenuhi syarat ketiganya, sama artinya dengan "berburu ke padang datar, (hanya) mendapat rusa belang kaki" dan seterusnya seperti makna pantun peribahasa diatas.

RoelMoez
RoelMoez
Belajar itu memang berat, dan demikian juga segala jenis perjuangan hidup di bumi fana ini, tak ada rumusnya gembira tanpa dibumbui derita, karena itulah seninya hidup, selalu ada suka dan dukanya .Semua pendakian itu kudu ada "biaya" nya, "tak ada makan siang gratis" (no free lunch) kata orang bule, mirip mirip falsafah Jawa "jer besuki mawa beya", artinya semua perjuangan pasti memerlukan pengorbanan.

Kalau di kaitkan dengan "berguru kepalang ajar" ya hasilnya "bagai bunga kembang tak jadi", serba setengah-setengah, tidak sampai ke puncak pencapaian, padahal perjuangan menuju puncak sudah dilakukan, dibuat lelah hanya dengan berakit rakit ke hulu, tapi tak pernah berenang ketepian.", Bersakit sakit melulu, tapi tak pernah senang di ujung pencapaian serta tak pula berhasil dalam mengamalkan serta memanfaatkan ilmu yang kadung ditekuninya

Imam Syafi' berkata pada muridnya ; "Bila kau tak tahan lelahnya belajar, maka kau harus tahan menanggung perihnya kebodohan" --- Ya, belajar itu memang berat, menguras tenaga, pikiran, biaya, waktu dan seterusnya, modal terberat menuntut ilmu ya sabar, sabar itu adalah ilmu diatas ilmu. Kalau ingin pintar, ya jangan lelah belajar. Belajar utuh, bersikap dan bertindak utuh hingga tiba di puncak pencapaian ilmu.

Bicara soal belajar,  tentu tak semua orang harus berkutat di satu bidang studi, melainkan di lintas disiplin ilmu agar bisa saling melengkapi dalam kemanfaatan, dan hal itu sesungguhnya menjadi baik bila dilakukan seumur hidup, makanya ada istilah "Lifelong learning", belajar sepanjang hayat, karena hakikatnya tak ada batas ruang dan waktu dalam penggalian ilmu sekaligus memahami hikmah-hikmah didalamnya.

Tujuan berilmu adalah agar bermanfaat, tidak saja buat diri sendiri, tapi juga untuk orang lain dan alam sekitar, menjadi pribadi utuh yang sholeh secara ibadah individual maupun dalam ibadah sosialnya. Semakin tinggi pencapaian ilmu, sejatinya manusia semakin takut dalam artian semakin  dekat kepada ALLAH, Sang Penggenggam Kekuasaan dan Maha Pemilik segala ilmu.

Sebaliknya jika hanya berlelah lelah menuntut ilmu, tetapi ilmunya tak bermanfaat serta  tidak membuat dirinya semakin takut kepada ALLAH, maka itulah akibat dari "berguru kepalang ajar", ilmu yang dimilikinya sia sia belaka, ibarat bunga yang tak kunjung berkembang. Miskin ilmu itu lebih parah daripada miskin harta, tiada kemiskinan yang melebihi kebodohan, karena itu teruslah belajar tanpa lelah, semata mata karena menginginkan ridho ALLAH.

Semoga kita semua menjadi pribadi pribadi yang benar benar berilmu dan penuh manfaat serta bertakwa kepada ALLAH Subhanahu wa Ta'ala. Aamiin ya Robbal alamiin.

ROBBANA ma kholaqta hadza bathila...

Dhuha time, PCI, Jumat, 2 Maret 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun