Mohon tunggu...
Ruli WahyuUtami
Ruli WahyuUtami Mohon Tunggu... Guru - SMAN 1 POTO TANO_GURU GEOGRAFI

Saya adalah salah satu guru yang mengajar di salah satu SMA di kabupaten Sumbawa Barat, tidak banyak yang saya kerjakan sehari-hari. Karena saya tidak memiliki public speaking yang baik, saya ingin mencoba sesuatu yang baru dengan menuangkan apa yang ada pada diri saya melalui sebuah tulisan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Rangkuman Proses Perjalanan Pembelajaran dari Awal Sampai Saat Ini di Modul 3.1

16 Februari 2023   09:15 Diperbarui: 16 Februari 2023   10:01 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Koneksi Antar Materi Rangkuman proses perjalanan pembelajaran saya dari awal sampai saat ini di modul 3.1 pada program guru penggerak

 

  • Kaitan antara filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka terhadap penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin

Dalam pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan, dimana guru harus mampu menuntun, memahami kodrat, dan menghamba kepada anak murid adalah hal baik yang dapat memberikan kemerdekaan bagi anak murid untuk belajar. Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa terdapat 3 Pratap Triloka yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo (menjadi teladan/inspirasi). Seorang pemimpin (guru) haruslah memberikan teladan yang baik bagi orang yang dipimpinnya. Ing Madyo Mangun Karso (menciptakan prakarsa dan ide), seorang pemimpin (guru) harus bisa bekerja sama dengan teman sejawat dan juga murid. Tut Wuri Handayani (memberi dorongan/semangat), seorang pemimpin (guru) harus bisa menjadi motivator atau pemberi semangat bagi anak didiknya (murid). Filosofi Pratap Triloka ini memberikan pengaruh yang besar dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. KHD berpandangan bahwa sebagai seorang guru, itu harus memberikan tauladan atau contoh praktek baik kepada murid. Sebagai pemimpin pembelajaran tentunya pengambilan keputusan yang diambil adalah keputusan yang tepat berpihak pada murid, sehingga lingkungan belajar yang kondusif, positif, aman, dan nyaman akan memengaruhi pengambilan keputusan.

  • Pengaruh nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita terhadap prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan

Untuk mencapai pembelajaran yang di idamkan sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara, seorang guru tentunya harus memiliki nilai dan peran yang ada dalam dirinya, sehingga mampu memberikan kemerdekaan belajar dimaksud. Nilai dan peran tersebut mestinya bisa mendarah daging (flash and blood) dalam diri seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran. Dalam pengambilan suatu keputusan sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita nilai-nilai itu antara lain seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Adakalanya ketika menghadapi sebuah situasi kita bisa mengambil keputusan secara mandiri namun dalam situasi yang lain perlu kolaboratif melibatkan pihak lain untuk memberikan masukan dan pertimbangan positif. Tentu dengan melibatkan pihak lain akan ada pendapat dari berbagai sudut pandang yang memungkinkan dampak negatif dari keputusan yang diambil dapat diminimalisir sehingga dapat diterima oleh berbagai pihak. Nilai-nilai diri merupakan prinsip yang harus selalu dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan diantara dua pilihan yang secara moral dirasa keduanya benar atau berada dalam situasi dilema etika (benar melawan benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang tepat.

  • Keterkaitan materi coaching dalam pengujian pengambilan keputusan yang di ambil, apakah keputusan tersebut sudah efektif atau masih menimbulkan pertanyaan.

Sebagai seorang pemimpin harus menguasai tehnik coaching karena teknik ini sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Alur TIRTA (Tujuan, Indemntifikasi, Rencana aksi, Tanggungjawab) dalam coaching sangat pas jika dalam penerapannya dipadukan dengan 9 langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan, Alur TIRTA sebagai tahapan mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis sedangkan 9 tahapan konsep sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil. 

  • Pengaruh kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika

Kemampuan sosial dan emosional seorang pemimpin pembelajaran menjadi salah satu faktor penting dalam pengambilan keputusan. Ada kalanya guru pun mengalami kondisi emosional yang perlu ditenangkan, pada kondisi seperti ini guru perlu melakukan Latihan Kesadaran Penuh (mindfullness) menggunakan teknik STOP dengan mengikuti langkah-langkah yang telah dibahas pada modul sebelumnya. Guru yang memiliki kemampuan social emosional ketika berpijak pada prinsip dan nilai-nilai kebajikan yang ada dalam dirinya, akan memberikan kontribusi yang baik dalam pengambilan dan pengujian sebuah keputusan. Kemampuan ini akan berpengaruh dalam pengambilan suatu keputusan ketika menghadapi dilema etika dimana ada dua pilihan yang secara moral itu benar namun harus memilih salah satu alternatif keputusan yang tepat, tidak memihak dan menimbulkan efek positif. Apalagi yang namanya dilemma etika biasanya terkait dengan kepentingan orang lain ataupun murid di suatu sekolah sehingga keputusan yang diambil tidak menimbulkan konflik

  • Pengaruh nilai-nilai yang dianut seorang pendidik terhadap pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika

Seorang pendidik harus mampu membaca masalah yang sedang dihadapi termasuk dalam dilemma etika atau bujukan moral. Dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh seorang pendidik harusnya dapat membimbing dan mengarahkan murid dalam mengambil keputusan dan menggali potensi dirinya untuk memecahkan suatu masalah. Ada banyak cara untuk membuat keputusan yang bertanggung jawab: Pertimbangan prinsip dan langkah-langkah untuk membuat dan menguji keputusan dalam kaitannya dengan masalah yang dihadapi. Dan jika masalah tersebut dilema etika atau benar melawan benar maka, guru perlu melakukan pertimbangan terhadap 4 paradigma pengambilan keputusan dan 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Pada pembahasan studi kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika diperlukan kesadaran diri atau self awareness dan keterampilan berhubungan sosial untuk mengambil keputusan

  • Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Sebelum membuat sebuah keputusan langkah awal yang harus dilakukan adalah harus dapat menelaah masalah tersebut masuk dalam dilemma etika atau bujukan moral. Setelah itu mengidentifikasi masalah dengan alur TIRTA dan menganalisanya berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga keputusan yg kita ambil bisa membangun lingkungan yg positif, kondusif, kondusif dan nyaman buat semua stakeholder di sekolah

  • Tantangan-tantangan di lingkungan saya saat  menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika dan  kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan saya?

Tantangan yang berat dalam mengambil sebuah keputusan di lingkungan saya baik berkaitan dengan murid, rekan sejawat atau masalah sekolah adalah keputusan itu harus bersifat adil dan memberikan dampak positif. Dalam kasus dilema etika, pada dasarnya apapun keputusan yang kita ambil dapat dibenarkan secara moral. Akan tetapi perlu memperhatikan prinsi-prinsip dalam pengambilan suatu keputusan. Kita harus berfikir hasil akhir dari keputusan kita yang sesuai dengan prinsip berpikir berbasis hasil akhir (end based thinking), kita juga harus melihat peraturan yang mendasari keputusan yang kita ambil (berpikir berbasis peraturan-rule based thinking) serta kita harus menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman sesuai dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (care based thinking). Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup, ini Kembali pada 4 paradigma yaitu : a. Individu lawan masyarakat (individual vs community), b. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), c. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), d. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term). Tantangan-tantangan yang muncul biasanya tidak dapat tegas dan berani mengambil resiko ketika dihadapkan dengan dilema etika atau bujukan moral dan kurangnya konsekuensi atau komitmen dalam menjalankan sebuah keputusan.

  • Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Tujuan akhir proses pembelajaran adalah merdeka belajar, merdeka belajar disini adalah memberikan kebebasan setiap murid untuk mengoptimalkan bakat dan minat serta aset/kekuatan yang dimiliki oleh setiap murid. Dengan memerdekakan murid belajar, murid akan mengekspresikan diri dengan bebas dan melakukan pengambilan keputusan atas dirinya sendiri terhadap proses pembelajaran. Hal ini dapat didukung dengan pembelajaran berdiferensiasi yang telah dirancang oleh guru dalam proses pembelajaran. 

  • Pengaruh keputusan yang diambil oleh pemimpin pembelajaran terhadap kehidupan atau masa depan murid-murid

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran guru harus berperan sebagai among terhadap muridnya. Setiap keputusan yang diambil dalam pembelajaran harus berpihak pada murid dan mengembangkan potensi atau kekuatan setiap muridnya sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki masing-masing dan memberikan ruang kebebasan untuk berinovasi dan berkreativitas sehingga dapat mewujudkan murid yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkebhinnekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.

  • Kesimpulan akhir yang dapat saya tarik dari pembelajaran modul 3.1 dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun