Mohon tunggu...
Rukuan Sujuda
Rukuan Sujuda Mohon Tunggu... -

Nama Lengkap Rukuan Sujuda, biasa di panggil Aan. saat ini masih tercatat sebagai mahasiswa Pendidikan Kimia Universitas Lampung angkatan 2009 dan masih aktif sebagai anggota aktif UKPM Teknokra yang bergelut dibidang jurnalistik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

API, Agama Vs Ilmiah

18 Mei 2013   12:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:23 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari yang suram, matahari tertutup awan tebal, hanya terlihat warna kehitaman di langit. Musim hujan sedang melanda negeri ini, terus mengguyur bumi pertiwi, tak terlewatkan daerah Bandarlampung. Berita banjir tak pernah elat ditayangkan di semua stasiun tv. Suasana ini yang membuat Raya malas berangkat ke kampus.

Jam dinding menunjukkan pukul 07.05, tapi ia tetap enggan bangun dari tempat tidurnya. Selimut dan bantal seolah-olah tak mau terpisah darinya, selalu menggodanya untuk tetap berada di tempat. Hingga suara telpon pun berdering membuyarkan mimpinya.

“Rayaaaa.., lo dimana? Buruan udah jam berapa ini?”, suara dari seberang mengingatkannya.

“Iyaaaa baweeell, ini gw baru bangun tidur..”.

“Buruan ya? Lo udah tiga kali gak masuk jam nya Pak Rahman, bisa gak lulus lo?”.

“ Yaaa Sani sayaang, tunggu gw ya?”.

Raya menutup telpon, lantas ia membiarkan bantal dan selimut yang terus menggodanya berantakan. Ia beranjak ke kamar mandi, memandangi wajahnya sesaat di balik cermin, menggosok gigi dan mencuci muka, pagi ini ia tak ingin mandi, terlalu dingin.

Tibanya Raya di gedung Kimia, FMIPA Universitas Lampung ini dibarengi dengan hujan yang mulai turun. Di teras gedung sudah dipadati mahasiswa yang berteduh, seolah tak mau terkena hujan yang turun deras pagi itu. Raya mulai memasuki gedung, menaiki anak tangga menuju kelasnya di lantai dua.

“Maaf Pak saya telat.., jalanan macet Pak?”, sapa Raya.

“Kamu telat lagi, jalanan macet apa kamu bangun kesiangan?”, gertak Pak Rahman.

“Dua duanya pak..”, Raya menyeringai sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

“Ya sudah sana masuk, kali ini Bapak ampuni tapi lain kali awas aja kalau diulangi!”.

“ Baik Pak”, Raya hanya tersenyum menanggapi kesalahnnya, lalu ia bergegas duduk di samping Sani.

Pagi ini Raya sedang mengikuti mata kuliah Sejarah Kimia, ia paling tak suka dengan mata kuliah ini. Ia pikir dengan mengambil jurusan kimia, ia tak akan bertemu dengan namanya sejarah, ia membenci yang namanya sejarah. Apa lagi mengingat sejarah hidupnya yang kelam.

“Baiklah.., kita lanjutkan pelajarannya ya? Kali ini Bapak akan membahas mengenai dari mana API berasal. Bila Bapak menyebutkan API, apa yang langsung terlintas di benak kalian?”, tanya Pak Rahman.

“Api itu panas, membara”, jawab salah seorang mahasiswa.

“ Api bisa digunakan untuk mana yang abstrak, misalnya menggambarkan luapan emosi negatif, seperti dendam, marah, dengki bahkan nafsu. Tak jarang kita sebagai seorang manusia bisa mengalaminya, kita marah, kita mendendam, karena memang itulah manusia. Manusia diciptakan selain dikaruniai akal juga dikaruniai nafsu. Terkadang akal dapat dikalahkan oleh nafsu ketika memang kita benar-benar tak bisa mengendalikannya. Mungkin api tersebut adalah nafsu, yang terkadang kita pun mengalami gejolaknya”, Edo menjelaskan dengan panjang lebar.

“Api juga bisa dimaknai positif, misalnya semangatnya berapi-api, nyala api cinta yang membara”, Sani tak mau kalah memberi pendapat.

“Bagus sekali pendapat kalian.., ternyata hanya satu kata saja dapat memberi makna yang sangat luas. Nah, sebenarnya api itu bersal dari mana sih? Mungkinkah api itu, benar-benar berasal dari neraka? Ataukah api memang sudah ada sebelum bumi terbentuk? Ataukah api itu merupakan akibat dari suatu reaksi kimiawi yang dilakukan oleh alam? Ada yang ingin memberi tanggapan?”, Pak Rahman melempar pertanyaan lagi.

“Kalau dari buku yang saya baca ya Pak, api di dunia itu berasal dari api neraka. Diriwayatkan, bahwa Allah SWT memerintahkan Jibril untuk meminta kepada Malik sedikit dari api neraka guna memenuhi kebutuhan Nabi Adam yang berada di bumi. Maka berkatalah

Malik: Berapa yang anda butuhkan?

Jibril: Sebesar buah kurma.

Malik: Jika aku memberikan api neraka sebesar buah kurma, maka akan cairlah tujuh lapis langit dan bumi, sebab pengaruh panasnya.

Jibril: Kalau begitu berilah aku separuhnya.

Malik: Jika aku luluskan permintaanmu, maka tidak akan turun setetes pun air hujan dari langit, dan tidak ada satupun tumbuhan tumbuh di bumi.

Melihat keadaan yang rumit ini, maka Jibril pun menghadap Allah untuk meminta petunjuk, lalu Allah memerintahkan Jibril mengambil sebesar semut di dunia. Kemudian Jibril pun melaksanakannya, dan dibawalah api sebesar semut itu ke bumi. Sebelumnya, api yang sebesar semut itu dimasukkan ke dalam sungai di surga sebanyak tujuh puluh kali. Setelah itu, api diletakkan di atas gunung yang tinggi, dan hancurlah gunung itu. Kemudian api sebesar semut tersebut dikembalikan ke tempat asalnya. Jadi api yang selama ini ada di bumi merupakan asap dari api neraka. Begitulah Pak”, jelas Pranca, ia adalah ketua Rois. Oleh karena itu, segala sesuatunya pasti dikaitkan dengan agama.

“Pak saya ingin memberi pendapat lain, yang dijelaskan Pranca tadikan versi agama. Tapi kalau menurut saya, api itu berasal dari suatu gesekan dan gesekan itu menyebabkan panas, karena gesekan yang panas itulah muncul api. Dengan sifatnya yang panas dan tak terkendali itu maka api akan membakar apapun yang ditemui”, sanggah Edo.

“Ya bagus, api menurut ilmu agama versus ilmiahnya, keduanya gak salah. Karena ini belajar ilmu kimia, maka kita bisa ambil definisi api menurut National Fire Protection Association atau disingkat dengan NFPA. Menurutnya api adalah suatu massa zat yang dapat berpijar yang dihasilkan dalam proses kimia oksidasi yang berlangsung dengan cepat dan disertai dengan pelepasan energi atau panas. Timbulnya api ini disebabkan oleh adanya sumber panas yang berasal dari berbagai bentuk energi yang dapat menjadi sumber penyulutan dalam segitiga api”, jelas Pak Rahman.

“Pak, saya mau tanya. Segitiga api itu apa pak?”, tanya Raya sambil mengangkat tangan. Ia mulai tertarik dengan mata kuliah ini, biasanya hanya diam membiarkan pikirannya berkelana sendiri.

“Ya bagus sekali pertanyaannya. Pada dasarnya api terdiri dari tiga unsur dasar yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya yang disebut sebagai segitiga api atau fire triangle yaitu panas, oksigen dan bahan bakar.”

Kemudian penjelasanpun berlanjut, interaksi antar dosen dan mahasiswa terus berjalan hingga tak terasa pelajaran pun usai. Pembahasan api ini membuat cuaca secara spontan berubah, hujan reda, matahari mulai nampak meninggi. Raya dan Sani tak meninggalkan kelas, mereka masih ada satu mata kuliah lagi. Keduanya sedang asyik berbincang, tiba-tiba Edo mendekat, ikut nimbrung obrolan mereka.

“Ngobrolin apaan sih, gw ikut dong?”.

“Yeeahh, ikutan aja. Gak lah sana”, jawab Raya.

Gw ada satu pertanyaan nih buat kalian, masih berkaitan masalah api tadi”, rayu Edo tak ingin pergi.

“Apaan!”, ujar keduanya bebarengan.

“Iblis itu kan diciptakan dari api, sedangkan Adam diciptakan dari tanah. Katanya Iblis itu membangkang karena tidak mau sujud dengan Adam. Padahal Iblis tidak sujud kepada Adam karena bagi Iblis hanya kepada Tuhan saja dia boleh sujud. Iblis tidak mau sujud kepada apapun kecuali hanya kepada Tuhan saja, masa gara-gara itu Iblis dibilang membangkang. Hayo gimana coba itu?”, Edo memberi pertanyaan dengan menggebu-gebu.

Ia senang membuat teman-temannya bimbang. Mahasiswa satu ini suka membaca buku filsafat, membuatnya selalu melogikakan apa yang ada, bila tak logika dengan akalnya maka ia tak percaya. Raya dan Sani hanya terdiam bingung, tak punya dasar untuk menjawab pertanyaan Edo. Melihat kebingungan kedua temannya, Edo tersenyum semringah.

“Oke kalau kalian tak bisa menjawab, ini PR ya? Nanti kalau udah ketemu jawabannya kasih tau gw”, tukas Edo sambil meninggalkan mereka dengan penuh kemenangan.

***

Keesokan harinya, Raya dan Sani telah sepakat bertemu Edo di perpustakaan kampus. Raya sudah mempersiapkan seseorang yang akan menjawab semua pertanyaan dari Edo, seseorang itu tak lain adalah ketua Rois di fakultas mereka, Pranca Fauzi.

Perpustakaan Unila pagi itu sudah dipenuhi mahasiswa. Banyak mahasiswa berlalu lalang, untuk sekedar meminjam, membaca, dan mengembalikan buku. Mereka memasuki gedung lantai tiga itu, meletakkan tas di ruang penitipan barang, lalu berjalan menuju lantai dua. Dari kejauhan Edo sudah menunggu, meja bundar dengan lima kursi. Mereka mendekat.

“Wahh kalian sudah datang, ayo silahkan duduk”, Edo memberikan sambutan. Tanpa berkomentar mereka duduk saling berhadapan.

“Tak usah basa basi ya Do.., menanggapi pertanyaan lo kemarin, gw bawa Pranca buat jawab”, Raya langsung masuk ke inti pembicaraan dan mempersilahkan Pranca.

“Ya Do.., jadi begini dalam Al-quran surat Al a'raf ayat 11 disebutkan demikian, Dan sungguh telah Kami ciptakan kalian (manusia) kemudian Kami sempurnakan bentuk kalian, Kemudian (saat itu) Kami berfirman kepada para malaikat,"sujudlah kalian semua kepada Adam!" Maka mereka semua bersujud kecuali Iblis. Tidaklah dia termasuk orang yang tunduk bersujud."

Dari peristiwa itu sebagian orang mengatakan bahwa "Iblis tidak sujud kepada Adam karena bagi Iblis hanya kepada Tuhan saja dia boleh sujud. Iblis tidak mau sujud kepada apapun kecuali hanya kepada Tuhan saja". Pernyataan ini sekilas menjelaskan hakikat kebenaran Iblis, padahal pendapat ini sangat berbahaya. Sekali membenarkan pendapat Iblis maka runutan berikutnya pasti akan terlihat seolah-olah kesalahan itu ada pada Adam.

“Menanggapi sebentar ya Ca, ya benar jadi ada timbul pertanyaan baru lagi nih. Bukankan Allah sendiri memerintahkan makhluknya untuk tidak menyembah selain Allah? Lalu kenapa pula Allah memerintahkan malaikat untuk bersujud pada Adam?”, tanya Edo.

“Nah itu bahayanya bila kita membenarkan pendapat Iblis maka akan timbul lagi pertanyaan baru. Jadi begini, ada dua penyebab utama kenapa orang berpendapat demikian, tidak paham bahasa Quran dan tidak pernah baca Quran. Yang dilarang oleh Allah adalah menyembah selain Allah  bukan bersujud”.

Raya dan Sani lagi-lagi hanya terdiam mendengarkan penjelasan Pranca dengan seksama, merenungkan setiap kalimat yang keluar dari bibirnya. Pranca melanjutkan penjelasannya

“Kalimat dalam qurannya juga berbeda: yang benar adalah ,"La ta'buda illa Allah" (jangan menyembah (ibadah) pada selain Allah), bukan "La tasjuda illa Allah" (jangan bersujud pada selain Allah). Ta'abudi artinya penyembahan, pengabdian, ketaatan hanya untuk Allah saja, sementara sujud itu diartikan sebagai penghormatan, pengakuan, dan penghargaan yang diberikan kepada orang yang dimuliakan. Coba perhatikan beberapa ayat Quran lain yang menceritakan tentang sujudnya gunung-gunung kepada nabi Daud atau kedua orang tua dan saudara nabi Yusuf yang bersujud kepadanya”, jelas Pranca sambil menunjukkan ayat-ayat Al-quran yang menjelaskan tentang peristiwa tersebut.

Sebab Sebenarnya Iblis tak mau sujud ada dalam Al-quran surat Al A'raf ayat 12. "Dan Allah berfirman,"Apa yang menyebabkan kamu tidak mau bersujud kepada Adam, ketika Aku perintahkan?"  Iblis menjawab,"Aku lebih baik daripada dia (Adam); engkau ciptakan aku dari api sedangkan dia (Adam) Engkau ciptakan dari tanah". Nah inilah hakikat sesungguhnya kenapa Iblis tidak mau sujud kepada Adam. Iblis merasa lebih baik daripada Adam. Konsekuensinya kalau memang harus ada perintah sujud mestinya Adam yang harus sujud pada dia, bukan sebaliknya. Begitu kira-kira cara pikir Iblis”, tambah Pranca.

Jadi tidak benar bahwa Iblis menolak permasalahan sujud kepada sesama makhluk. Dan sebenarnya yang dilakukan Iblis sampai sekarang ini adalan berusaha agar manusia mau bersujud kepadanya”, Raya ikut berpendapat.

“Bahkan bukan cuma bersujud, Iblis telah sampai pada hasutan paling jahat yaitu penyembahan dan ketaatan kepadanya”, Pranca menambahkan.

Sekarang giliran Edo tak bisa berkata-kata lagi, ia tersenyum tanda sepakat. Menerima pendapat yang dijelaskan Pranca. Namun bukan Edo namanya kalau diskusinya berhenti, ia melanjutkan dengan memberi pertanyaan lagi.

“Apikan panas ya? semakin tinggi suhunya, warnanya pun berubah. Bener gak?”.

“Ya bener banget, api berwarna merah kekuningan biasanya bersuhu dibawah 1000oC. Kalau pada matahari, api ini berada pada bagian terluarnya”, Sani ikut menjelaskan.

“Selanjutnya ada api yang berwarna putih, ini adalah api yang paling panas di bumi. Warna putih ini dikarenakan suhunya melebihi 2000oC. Api ini berada dalam inti matahari dan dapat muncul akibat reaksi fusi matahari”, Raya pun ikut larut dalam diskusi.

“Tahukah kalian bahwa api yang paling panas itu berwarna hitam, dan api hitam murni yang sesungguhnya ada di neraka. Ini dibuktikan pada penjelasan Pranca tadi, saat Allah memerintahkan malaikat Jibril mengambil api dari neraka dan malaikat Malik hanya memberikan seukuran semut lalu didinginkan terlebih dahulu hingga berubah warna dari hitam menjadi putih, lalu biru dan berubah menjadi merah”, suara dari seberang meja terdengar. Tasya mendekat, langsung mengambil posisi diantara mereka. Ia dari tadi ikut mendengarkan obrolan empat temannya itu.

“Giliran gw ngomong dong, ternyata masalah warna dan panas api ini pun sudah dijelaskan dalam hadis Rasulullah. Beliau bersabda: Datang padaku Jibril dan aku bertanya kepadanya; Wahai Jibril, berilah aku gambaran tentang neraka Jahanam. Jibril berkata: Sesungguhnya Allah menciptakan neraka lalu dinyalakan seribu tahun sehingga menjadi merah, kemudian dinyalakan lagi seribu tahun sehingga menjadi putih. Kemudian dinyalakan lagi seribu tahun sehingga menjadi hitam. Maka Jahanam itu menjadi hitam seperti malam yang kelam, selamanya tidak berhenti gejolaknya dan tidak padam bara apinya, nah begitu”, tukas Pranca penuh semangat, lagi-lagi argumennya dibenturkan dengan agama.

Diskusipun berlanjut, tak terasa hujan pun turun. Hujan menjadi saksi obrolan lima mahasiswa di ruang perpustakaan itu.

The End

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun