Mohon tunggu...
Dewi Ari Ari
Dewi Ari Ari Mohon Tunggu... -

Semangat dalam tulis.. Tulis dalam semangat..

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

[FFA] Padi yang Bijak

20 Oktober 2013   13:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:16 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[FFA] Padi Yang Bijak

No. Peserta: 363
Oleh: Dewi Ari Ari

Di sebuah desa terpencil, hiduplah seorang Pak Tani yang memiliki kebun dan sawah yang saling berdekatan. Pak Tani adalah orang yang rajin. Hampir setiap hari menghabiskan waktunya untuk bertani. Hingga suatu sore, selepas Pak Tani pulang, sekawanan tanaman mulai bercengkrama.

“Kalian semua tahukan, kalau kita sama-sama ditanam oleh Pak Tani. Tetapi kenapa hanya Padi dan Sayur Bayam yang di perhatikan oleh Pak Tani. Kalian merasa enggak sih, kalau kita itu seperti anak tiri?” suara Bambu memecah kesunyian.

“Iya, padahal kita ini sama-sama milik Pak Tani. Ini sungguh tidak adil.” Sahut Pohon Mahoni.

“Benar kata kalian, lihat aku, aku selalu ditebas sebelum tubuhku membesar. Apa karena aku tidak bisa berbunga dan tak bisa berbuah, atau menghasilkan biji seperti Padi?” kata Ilalang sedih. Pucuknya bergoyang-goyang seakan sedang menangis.

“Kamu salah Ilalang, walaupun aku selalu menghasilkan buah, tetapi aku tidak dimanja seperti Padi dan Sayur Bayam. Aku juga sering bingung. Padahal Pak Tani selalu memetik buahku. Bahkan bersuka cita saat buahku ranum. Tapi... saat semua buahku habis, aku diabaikan begitu saja. Tidak seperti Padi dan Sayur Bayam, selalu diperhatikan mulai dari menanam hingga memanen.” Pohon Durian pun ikut mengungkapkan isi hatinya. Semua daunnya mengatup. Tandanya ia sedang sedih.

“Kenapa kalian iri padaku? Aku sesungguhnya tidak ingin diperlakukan seperti ini. Kalian harus tahu, kalau sebenarnya tubuhku itu ringkih dan lemah. Aku harus ditanam di tanah berlumpur, agar tubuhku tidak kesakitan. Dan aku juga selalu butuh air, agar aku bisa tumbuh dan menghasilkan biji-bijian. Aku selalu butuh obat untuk mempertahankan hidupku. Itulah sebabnya Pak Tani selalu memperhatikan dan menyayangiku.” Ucap Padi yang membuat semua teman-temannya terdiam dan memandang ke arahnya.
Sementara itu, tiba-tiba angin datang dengan sangat kencang. Menerpa segala yang ada, termasuk sekawanan tanaman milik Pak Tani. Mereka menjerit dan kesakitan. Pohon Bambu tubuhnya menjuntai sampai ke tanah. Pohon Mahoni daunnya berguguran dan sebagian rantingnya patah. Pohon Durian mengatupkan daunnya dengan erat, buahnya yang masih kecil berjatuhan satu persatu. Ilalang selamat dari terjangan badai angin karena tubuhnya yang pendek dan tidak tersapu angin.
Sedangkan Sayur Bayam dan Padi tubuhnya roboh. Mereka banyak yang tercabut  akarnya dari tanah. Ini merupakan sebuah bencana besar bagi tumbuh-tumbuhan. Badai angin itu berlangsung beberapa jam. Dan karena berlangsung pada malam hari, sehingga mereka tidak bisa melihat satu sama lain. Mereka semua berteriak minta tolong. Namun tidak ada satupun yang bisa menolong mereka. Akhirnya merekapun hanya bisa diam menunggu pagi sambil merasakan sakit di sekujur tubuhnya.
Begitu pagi datang, mereka membuka mata satu persatu. Dan betapa terkejutnya mereka saat melihat semua porak-poranda. Daun-daun dan ranting-ranting berserakan. Padi roboh menimpa yang lainnya. Sayur Bayam tergeletak jauh dari tempatnya semula, karena tercabut bersama akarnya. Pohon Mahoni dan Pohon Bambu hanya saling memandang. Matanya berkaca-kaca saat melihat semua teman-temannya terluka.
Berkat kekuatan dari sinar Matahari, sebagian Padi bisa berdiri tegap. Sedang Sayur Bayam mati mengenaskan.

“Sekarang kalian semua, bisa melihatkan siapa yang paling kuat?” suara Padi terdengar menggema. Dan semua tanaman pun memandang kearahnya dengan perasaan ingin tahu. Dan mereka menanti apa yang akan diucapkan Padi selanjutnya.

“Bambu, lihatlah dirimu. Kau masih utuh. Akarmu begitu kuat dan kokoh. Bahkan kamu tidak terluka sedikitpun saat badai angin menerpamu. Pohon Mahoni, kau juga kuat. Tubuhmu masih tegap berdiri, hanya daunmu yang berguguran dan sebagian rantingmu yang patah. Pohon durianpun hanya buahnya yang jatuh. Ilalangpun selamat walau ia kecil, sedangkan aku….? Lihatlah aku!” suara Padi terputus dan air matanya mulai menetes.

“Tapi tetap saja, walaupun tubuhku kuat, aku tetap tak disayangi sepertimu. Karena aku tidak berguna sepertimu.” Sahut Bambu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun