Mohon tunggu...
Dewi Ari Ari
Dewi Ari Ari Mohon Tunggu... -

Semangat dalam tulis.. Tulis dalam semangat..

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

[FFA] Padi yang Bijak

20 Oktober 2013   13:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:16 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kau salah Bambu, lihatlah gubuk milik Pak Tani itu. Dia tidak roboh diterpa angin. Dan gubuk itu juga melindungi Pak Tani dari panas dan hujan. Bukanlah gubuk itu terbuat darimu, Bambu. Dan sekarang apakah kau masih ingin bilang kamu tidak berguna?” jawab Padi sambil menghapus air matanya. Sedangkan Bambu hanya terdiam, memikirkan ucapan Padi yang ada benarnya.

“Lalu menurutmu, apa aku juga berguna?” Tanya Pohon Mahoni dan Ilalang hamper bersamaan.

“Iya benar, bagaimana juga dengan aku?” sahut  Pohon Durian yang mulai membuka daunnya kembali. Padi tersenyum melihat teman-temannya.

“Kalian semua sama, kalian juga berguna. Pohon Mahoni masih bias hidup tanpa daun dan ranting. Dan tubuhmu yang besar itu bias untuk membangun rumah, meja kursi dan lain-lain, yang sangat berguna untuk manusia. Sedang kamu Ilalang, tubuhmu memang kecil dan harus ditebas, karena kamu adalah tanaman yang sangat bergizi untuk ternak Pak Tani. Dan tubuhmu cepat tumbuh kembali. Pohon Durian juga begitu. Daunnya tidak mudah lepas dan tubuhnya kuat untuk menyangga ratusan buah Durian yang besar dan tajam. Dan hamir semua orang selalu merindukan buahmu. Sekarang kalian lihat teman kita, Sayur Bayam, ia terlepas dari tanah dan sekarang harus mati karena sinar Matahari. Sebenarnya kalian masih beruntung. Begitu juga dengan diriku, walaupun tubuhku ringkih dan lemah, tapi ada air dan Matahari untuk tetap hidup. Kita harus bersyukur dengan apa yang kita punya. Tidak boleh iri dengan yang lainnya. Karena kita memiliki keistimewaan sendiri-sendiri. Dan itulah sebabnya kita diciptakan dalam bentuk yang berbeda.” Padi menjelaskan secara panjang lebar agar teman-temannya tidak iri lagi kepada dirinya yang selalu dirawat dan disayang Pak Tani.

“Kamu benar Padi, kita seharusnya tidak boleh iri padamu. Sekarang aku tahu kenapa Pak Tani lebih memperhatikan kamu daripada kita semua. Karena kita lebih kuat dari kamu. Sedangkan kamu ringkih dan lemah, tapi Pak Tani juga sangat membutuhkan kamu. Makanya kamu lebih istimewa dari kami. Maafkan aku ya Padi, aku tak akan iri lagi padamu.” Kata Bambu sambil tersenyum.

“Aku juga minta maaf Padi.” Sahut yang lain serempak.
Akhirnya mereka semua mengerti dan menyadari bahwa semua memiliki kelebihan dan kekurangan. Kita tidak boleh iri kepada yang lainnya. Karena sifat iri aan menyebabkan permusuhan dan kita tidak bias mengenali diri kita sendiri.

NB: Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community. http://www.kompasiana.com/androgini
Dan silahkan bergaung dengan grup Fiksiana Community. http://www.facebook.com/groups/175201439229892/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun