Mohon tunggu...
Rukma Nur Kumalasari
Rukma Nur Kumalasari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Saya memiliki hobi menulis dan melukis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pancasila Sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan Perwujudan Profil Pelajar Pancasila yang Berpihak pada Peserta Didik di Abad ke-21

3 April 2024   15:19 Diperbarui: 3 April 2024   15:20 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pancasila merupakan dasar negara republik Indonesia dan ideologi nasionalisme seperti yang tercantum di dalam bagian Pembukaan UUD 1945. Dengan diterimanya Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional yang tidak bisa diubah-ubah lagi, maka dapat diterima bahwa sifat atau karakteristik nasionalisme bangsa Indonesia adalah nasionalisme politik dan budaya yang berperspektif multikultural dan demokratis. Nilai-nilai Pancasila menjadi dasar pengembangan paradigma pendidikan untuk melestarikan keanekaragaman suku, ras, budaya, agama. Penerapan Pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa Indonesia dalam pendidikan Abad-21 dapat diterapkan melalui program Profil Pelajar Pancasila. Tetapi dalam pengimplementasiannya tentu memiliki tantangan yang harus dihadapi. Tantangan tersebut diantaranya :

  • Pengaruh budaya asing dan teknologi. Dampak budaya asing yang dapat mempengaruhi peserta didik baik dari segi perilaku, sikap dan menjadi kebiasaan. Hal ini wajar terjadi karena adanya perkembangan zaman serta teknologi dalam era globalisasi di Indonesia. Contoh dari adanya pengaruh budaya asing dan teknologi yaitu peserta didik suka menirukan cara berpakaian, gaya bahasa dan memanfaatkan handphone yang tidak sewajarnya saat proses pembelajaran seperti kecanduan main game. Upaya yang dapat dilakukan guru adalah memberikan pemahaman selektifitas dalam penggunaan teknologi agar seluruh informasi tidak dicerna peserta didik secara langsung.
  • Kurangnya motivasi guru dan pengetahuan dalam menerapkan Profil Pelajar Pancasila. Mindset guru di Indonesia masih perlu diperbaiki, khususnya guru yang belum memiliki pemikiran yang terbuka terhadap perubahan dan kurang adaptif dan dinamis dengan tuntutan perkembangan zaman. Diperlukan guru visioner dan paham betul dengan makna Pancasila sebagai fondasi pendidikan sehingga dapat mengoptimalkan penerapannya dalam pendidikan.
  • Kurangnya peran orang tua dalam pendidikan anak. Orang tua merupakan pendidik pertama bagi anaknya, sehingga orang tua merupakan orang yang mempunyai tanggung jawab terbesar dalam mendidik dan membimbing anaknya. Namun dalam beberapa kasus, orang tua mengalihkan seluruh tanggung jawabnya kepada guru yang mengajar di sekolah tersebut. Akibatnya, anak kehilangan bimbingan, perhatian dan pendidikan orang tua, terutama saat berada di rumah atau di luar sekolah. Karena peran dan perhatian orang tua kecil serta hanya fokus pada perkembangan kognitif anak, maka nilai-nilai Pancasila tidak ditanamkan sebagai esensi pendidikan sekolah.

Dalam lingkungan SDN Sangen 01, pihak sekolah selalu berupaya untuk menanamkan Profil Pelajar Pancasila pada seluruh peserta didik. Contohnya yaitu pembiasaan menyanyikan lagu nasional dan mengaji bersama sebelum memasuki kelas. Pada hari Senin, SDN Sangen 01 juga mengadakan upacara bendera dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Dengan adanya penanaman tersebut secara tidak langsung peserta didik terbiasa mengamalkannya di kehidupan sehari- hari agar dapat menumbuhkan karakter Profil Pelajar Pancasila.

Profil Pelajar Pancasila merupakan ciri karakter dan kompetensi yang diharapkan untuk diraih oleh peserta didik, yang didasarkan pada nilai-nilai luhur Pancasila. Berikut ini merupakan contoh pengimplementasian Profil pelajar Pancasila di sekolah SDN Sangen 01 yang terdiri dari enam dimensi, yaitu:

  • Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia. Dimensi ini diwujudkan dalam kegiatan seperti membiasakan berdoa sebelum dan sesudah proses pembelajaran, membiasakan ibadah sholat duha pada saat jam istirahat pertama, dan mewujudkan sikap toleransi kepada warga sekolah yang memiliki perbedaan agama, budaya, dan ras.
  • Mandiri. Dalam dimensi mandiri guru dapat mengimplementasikan dengan cara memberikan tugas individu kepada peserta didik. Guru juga dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari tahu informasi terkait materi pembelajaran.
  • Bergotong-royong. Dalam dimensi gotong royong, guru mengimplementasikannya pada peserta didik dengan cara memberikan tugas kelompok dan melakukan diskusi dan membuat jadwal piket kelas. Selain itu, di SDN Sangen 01 juga terdapat pembiasaan kepada peserta didik untuk bergotong royong membersihkan mushola bersama-sama.
  • Berkebhinekaan global. Kebhinekaan global dapat diwujudkan melalui kegiatan seperti merayakan hari kemerdekaan dengan mengadakan lomba-lomba. Selain itu, peserta didik juga dapat mengimplementasikan kebhinekaan global pada saat mengerjakan LKPD. Peserta didik melakukan diskusi dan menyelesaikan tugas bersama tanpa membedakan suku, agama, budaya dan ras.
  • Bernalar kritis. Dimensi bernalar kritis dapat dilakukan dengan cara menggunakan model pembelajaran yang mendukung pendidikan abad ke-21 yaitu dengan menggunakan model pembelajaran  PBL (Problem Based Learning) yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
  • Kreatif. Kreatif dapat diimplementasikan pada peserta didik dengan cara membimbing dan memberikan tugas yang dapat meningkatkan kreativitas peserta didik. Misalnya, guru dapat menggunakan model pembelajaran PjBL sehingga peserta didik dapat mengerjakan sebuah proyek yang nantinya akan dihasilkan produk dari kreativitas peserta didik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun