Pras dan Dewi telah sampai di lokasi acara pernikahan di sebuah gedung pertemuan di kotanya. Di sana telah banyak yang hadir. Kursi-kursi sebagian telah diisi oleh tamu-tamu yang hadir. Pria dan wanita berpasangan. Anak-anak sebagian ada yang serta. Pras dan Dewi lalu ambil posisi di bagian belakang. Dewi langsung duduk di kursi yang kosong. Di sebelah beberapa kursi yang kosong itu nampak sudah ada tamu yang duduk tanpa pasangan. Seorang wanita dengan perawakan yang langsing berkulit sawo matang. Busana yang dipakai sederhana tidak menunjukkan yang berlebihan. Perhiasan yang dipakainya juga tidak mencolok. Tidak sebanding dengan busana dan perhiasan yang dipakai Dewi.
“kok, sudah sampai di sini, Dik? Sudah lamakah?” sapa Pras kepada wanita itu dengan ramah yang tak dibuat-buat.
“Barusan kok, Mas! Kira-kira sepuluh menitan.” jawab wanita itu dengan senyum simpul.
“ini lho, Bu, temanku sekantor yang sering kuceritakan.” Pras memperkenalkan Astuti kepada Dewi.
Astuti yang merasa dikenalkan segera mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Dewi. Sikap Astuti yang sopan dan berhati-hati itu membuat Dewi agak gugup. Hampir saja kursi yang diduduki Dewi roboh oleh gerakannya yang reflex untuk meraih jabat tangan dengan Astuti. Namun Dewi bisa menguasai keadaan.
“Maaf.., Mbak Astuti, ya?”
“Benar,Bu, saya Astuti?”
“Mas Pras sering cerita tentang Mbak Astuti. Ternyata Mbak Astuti orangnya baik meskipun bukan sanak saudara. Saya berterima kasih banyak atas kiriman-kiriman dari Mbak Astuti.”
“Ah, sudahlah, Bu!” jawa Astuti agak malu-malu.
Dua wanita itu asik ngobrol. Sementara Pras menyapa teman-teman kantornya yang baru datang. Di depan sana acara pernikahan baru saja dimulai beberapa menit yang lalu.
***