Model 10 : DONGENG DENGAN AKHIR YANG DIUBAHÂ
MENGULANG BUBATÂ
Diceritakan kembali olehÂ
Siti Rukiah RahayuÂ
Sore itu, Hayam Wuruk termenung duduk di sebuah kursi kerajaan. Matanya menatap langit-langit dengan harap dan menutupnya dengan perlahan. "Siapa yang akan menjadi permaisuriku suatu hari nanti?" gumamnya. Nasihat kedua pamannya, Raja Kahuripan dan Raja Daha terus terngingang di kepalanya. Ia harus menikah. Kemudian ia berdiri dan menatap sekeliling ruangan istana, mendekat ke sebuah jendela yang terbuka. Diam dan melihat hamparan kebun hijau yang memenuhi halaman setiap penjuru istana.
Pengunguman pencarian permaisuri telah dikumandangkan ke seluruh penjuru nusantara untuk mencarikan permaisuri yang sesuai. Tak ada yang menarik hati, dan setiap utusan membawa kembali lukisan para putri kerajaan. Namun, ada satu lukisan yang menarik hatinya. Lukisan putri sunda. Lantas ia menyuruh seorang Madhu untuk pergi, seorang mantri ke tanah sunda untuk melamarnya.Â
Setelah enam hari, Madhu tiba di tanah sunda. Raja Sunda menerima kabar tersebut dengan senang hati dan menyampaikan kepada anaknya Citra Resmi. Madhu kembali dengan membawa surat balasan dari Raja Sunda yang memberitahukan kedatangan mereka. Sebanyak dua ratus kapal dan jumlah totalnya adalah 2000 kapal dengan model kapal Jung Tatar.Â
Setelah sepuluh hari, kepala Desa Bubat melaporkan bahwa para tamu undangan dari Kerajaan Sunda telah tiba. Hayam wuruk tersenyum mengingat Citraresmi, ia tidak sabar untuk bertemu dengannya secara langsung. Ditemani oleh kedua pamannya, mereka sudah siap untuk menyambut tamunya tersebut. Namun, ketika akan berangkat Patih Gajah Mada tidak menyetujui penyambutan tersebut. "Baginda tidak seharusnya menyongsong Raja Sunda yang seharusnya menjadi bawahan baginda, siapa tahu dia adalah seorang yang sedang menyamar." ungkap Gajah Mada dengan nada tegas.Â
"Wahai Patih Gajah Mada, saya sudah menyisipkan beberapa pasukan rahasia untuk mengecek apakah mereka adalah penyamar atau bukan. Jangan khawatir, rombongan Kerajaan Sunda bersih." Kata Hayam Wuruk dengan senyum lebarnya.Â
"Tapi baginda, kita harus berhati-hati!" Ungkap Gajah Mada dengan nada yang sedikit meninggi.Â