Film anak anak nyaris pupus dari perfileman Indonesia bahkan dari sinetron yang tayang di televisi. Kehadiran IQRO My Adventure serasa angin segar yang menawarkan tontonan bagi keluarga Indonesia. Sangat Wajar jika para Ibu membawa Suami dan anak anak mereka, begitu juga para Tante dan om yang masih single membawa para ponakannya.
Aqila (Aisha Nurra Datau) merupakan siswi sekolah menengah yang mengaliri impianya menjadi Seorang astronot dengan aktivitas yang sesuai. Seorang remaja yang sangat dekat dengan opanya, Seorang professor emeretus dengan Keahlian sampah luar angkasa (Cok Simbara) yang berprofesi sebagai astronomer Planetarium Jakarta. Paduan impian Aqila dan kakeknya tentu sangat berkaitan dan menjadikan kedekatan ini jadi bagian pemerhatian sang oma (Artis Ivo). Begitu juga keluarga Inti, ayah dan Ibunya serta guru mengaji yang mensuplai buku tentang astronot kepada Aqila. Pada buku pemberian itu, Aqila Mengenal Ibu Tsuraya (Maudy Kusnadi) Seorang ahli mikrobiologi yang mengembangkan riset pertumbuhan tanaman luar angkasa.
Melalui sebuah kegiatan bedah buku Ibu Tsuraya dan kegigihan Aqila, Akhirnya mereka berdua menyusun Vlog yang akan disertakan Pada kompetisi berhadiah Tiket perjalanan ke pusat penelitian ruang angkasa di Inggris. Cara Vlog yang mereka buat sangat berisi karena Aqila mengambil latihan persiapan Seorang astronot. Pada bagian ini, penonton dapat mendalami karakter peneliti yang tidak mempermasalahkan cara peserta didiknya dalam menyerap ilmu yang sedang dibelajarkan bahkan memantau dan membuat background video sehingga ketika Aqila mendapatkan masalah serius, dokumen penting itu masih tersedia.
Sesungguhnya film ini sarat makna dan sangat baik ditonton oleh keluarga Indonesia. Menjadi orang tua dengan gadget yang menarik minat anak anak memerlukan teknik tersendiri. Aqila adalah contoh remaja yang terdedah dengan teknologi tersebut dan mampu menggunakannya dengan tepat. Bahkan ketika ia melihat handphone sekaligus alatnya merekam semua informasi berada dalam Aquarium kecil, ia mampu meletakkan keadaan itu sebagai keteledorannya dalam bersikap yang secara tiba tiba harus menolong Sahabatnya (Ahmad Fauzi) yang Ayahnya ditangkap polisi karena keluguannya.
Alur film ini juga bagus. Salut buat anak anak Salman ITB yang terlibat disini. Penjelasan Ibu Tsuraya tentang penelitian tanaman luar angkasa dan kadar progresnya sehingga saat ini begitu mengena dengan bacaan surat Ar Rahman ketika Fauzi ditest untuk memasuki pesantren oleh sang guru (Muzammil Hasballah) disertai arti yang terbaca. Menyadarkan diri kita bahwa seharusnya kita mengoptimalkan diri merawat bumi.
Pada satu bagian yang agak tiba tiba, Aqila Akhirnya menyadari persaingan dengan kawan sekolahnya June (Azra Mayrania) tak cukup layak menyebut sombong karena pernah di luar Negeri. Patut di hargai cara Aisyah Amirah Nasution, sang Penulis naskah untuk memperbaiki cara padang ini sambil memperlihatkan bagaimana kedua orang tua Aqila dan June terlibat dalam impian anak anak mereka.
Walau tak ada kalimat man jadda wa jadda di unsur film ini, tapi Kehadiran Aqila berada di London bukan karena menang kompetisi. Penonton akan menemukan sendiri  hubungan Ibu Tsuraya dan Aqila Pada bagian akhir cerita sesuai latar belakang masing masing.
Kita tau bahwa tokoh Ibu Tsuraya adalah fiktif Tapi kenyataannya kita pernah punya astronot yang siap mengangkasa jauh lebih awal dari Pak dokter dari Negeri sebelah. Andai pesawat challenger tak meledak tahun 1986 maka Prof. Pratiwi Sudarmono adalah ahli mikrobiologi itu yang risetnya tentang tanaman di luar angkasa. Kalau kangen sama beliau maka anda bisa lihat. Hanya saja sutradara Iqbal Al Fajri tak memberi waktu agak lama untuk kita menikmati profil bu Pratiwi.Â
Jika ada bagian yang agak kurang efektif dan efisien bagi Penulis, adalah Pada teknik Pengambilan gambar. Fauzi, anak bungsu ku dan Lala Putri Tunggal sahabat ku pun berpandangan hal yang sama.
Andai cara Pengambilan gambar diperluas, penonton dapat menikmati suasana Inggris dan kehidupannya sebagaimana film spiderman edisi Marvel Terakhir yang membuat kita serasa sedang di Eropa. Begitu juga ketika menampilkan perbincangan Antara tokoh terlalu fokus ke wajah dan tidak dalam posisi kamera berjalan memutar sehingga peristiwanya terjadi lebih alami. Karena film tidak sarat dengan pergulatan emotional maka fokus yang terlalu lama Pada wajah tokoh juga tidak diperlukan.
Sebenarnya lagu ataupun intro musik dapat disertakan ketika beberapa bagian sedang terjadi seperti ketika Aqila berusaha kabur atau ketika opanya berjalan menuju kediamannya di Inggris.
Walau bagaimanapun, Â sebagai Seorang Ibu, Seorang pendidik dan pengurus yayasan pendidikan, Saya menganjurkan para orang tua dan para guru membawa peserta didik menonton film ini. Beri tugas menantang kepada siswa untuk mengeksplore bagian tertentu dari film untuk menjadi bagian diskusi kelas dan memantau keterampilan berbahasa Pada mereka.
Sebagai warga Indonesia saya berharap film film bagus bernuansa Edukasi dapat lebih di tingkatkan kualitas dan kuantitasnya. Selamat menonton.
Oh ya untuk warga Medan yang ingin nonton Bareng dan bertemu tokoh Aqila,
dapat bergabung hari ini, 14 Juli di CGV Focal Point jam 10.30 atau di Millennium XXI jam 14.20.
Tiket dapat menghubungi Yenni (081370982289) atau Elva (082164911082)
Rugaya
Ibu dari 3Fa