Mohon tunggu...
Rufman I. Akbar
Rufman I. Akbar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen di Tangerang Selatan

Minat di bidang Pendidikan dan Sistem Informasi

Selanjutnya

Tutup

Financial

Fenomena Doom Spending, Pelarian atau Gaya Hidup?

7 Oktober 2024   06:56 Diperbarui: 7 Oktober 2024   07:24 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Fenomena Doom Spending di Kalangan Gen Z: Antara Pelarian dan Gaya Hidup

Mencoba untuk ikut mengamati satu fenomena yang sedang marak pada generasi Z, semoga dapat menjadi satu hal yang baik ...

Fenomena doom spending---sebuah istilah yang merujuk pada kebiasaan mengeluarkan uang secara impulsif di tengah ketidakpastian atau stres emosional---kini semakin marak di kalangan Generasi Z. Konsep ini berakar dari perasaan cemas, ketidakpastian, dan kelelahan mental yang mendorong seseorang untuk mencari pelarian sementara melalui pembelanjaan yang tidak direncanakan. Gen Z, generasi yang lahir dan tumbuh di tengah kemajuan teknologi serta media sosial, seringkali menemukan diri mereka terpapar pada informasi yang berlebihan dan tekanan sosial untuk tetap tampil "sempurna" dan relevan.

Perubahan drastis dalam gaya hidup akibat pandemi, krisis ekonomi global, serta ketidakpastian akan masa depan memperburuk situasi ini. Studi menunjukkan bahwa Gen Z lebih sering merasa cemas akan ketidakpastian pekerjaan dan keamanan finansial dibandingkan generasi sebelumnya. Akibatnya, perilaku doom spending menjadi mekanisme coping (penanggulangan) instan yang seolah memberikan mereka rasa kontrol sementara atas hidup mereka. Pembelian barang-barang yang tidak esensial seperti produk fesyen, barang elektronik, atau bahkan langganan layanan streaming dianggap sebagai bentuk self-care, meskipun berdampak negatif pada stabilitas keuangan jangka panjang.

Media sosial memainkan peran besar dalam memperkuat fenomena ini. Konten yang menggambarkan kehidupan yang glamor, tantangan belanja online, serta iklan yang terarah menciptakan tekanan untuk mengikuti tren, memicu FOMO (Fear of Missing Out), dan memperburuk kebiasaan pengeluaran impulsif. Tidak jarang Gen Z menghabiskan uang mereka untuk barang-barang yang mereka lihat di media sosial hanya untuk merasakan kebahagiaan sesaat atau sekadar berpartisipasi dalam tren yang viral.

Namun, fenomena ini bukan sekadar persoalan konsumsi yang berlebihan. Doom spending mencerminkan dinamika psikologis yang lebih dalam, di mana Gen Z menggunakan belanja sebagai alat untuk mengurangi kecemasan dan perasaan hampa yang timbul dari ketidakpastian masa depan. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran finansial dan memberikan dukungan mental yang tepat bagi generasi ini. Edukasi mengenai pengelolaan keuangan, pentingnya menabung, serta memahami hubungan emosional dengan uang perlu ditanamkan sejak dini agar kebiasaan doom spending tidak menjadi pola yang merugikan kehidupan mereka di masa mendatang.

Dengan pemahaman yang lebih baik tentang fenomena ini, diharapkan Gen Z dapat mengelola keuangan mereka secara lebih bijak, sehingga doom spending bukan lagi pelarian dari rasa cemas, tetapi berubah menjadi kesadaran untuk berbelanja secara bijaksana dan bertanggung jawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun