Gempa Megathrust yang saat ini sedang banyak dibicarakan para ahli, sebetulnya bukan suatu ramalan - tapi lebih ke potensi yang mungkin terjadi. Tulisan berikut mencoba melihat potensi dampak yang terjadi terhadap kota-kota sekitar jika terjadi gempa megathrust Selat Sunda, termasuk Tangerang dan Jakarta yang berada agak ke utara di pulau Jawa.
Prediksi dampak megathrust di Selat Sunda dan potensi tsunami yang dihasilkannya merupakan hal yang kompleks dan membutuhkan pemodelan seismik serta simulasi yang mendalam. Namun, berdasarkan pengetahuan umum tentang geografi dan dinamika bencana, berikut adalah gambaran prediksi mengenai dampak tsunami jika terjadi megathrust di Selat Sunda.
1. Kota-Kota yang Berpotensi Terdampak Tsunami
a. Kota di Pesisir Selatan Banten dan Jawa Barat
- Pandeglang: Sebagai wilayah yang paling dekat dengan pusat gempa di Selat Sunda, Pandeglang akan menjadi salah satu daerah yang pertama dan paling terdampak. Gelombang tsunami di daerah ini diprediksi dapat mencapai ketinggian antara 10 hingga 20 meter, tergantung pada kekuatan gempa dan kondisi topografi.
- Labuan: Terletak di pesisir barat Banten, Labuan juga berpotensi mengalami tsunami dengan ketinggian serupa, antara 10 hingga 20 meter.
- Anyer dan Carita: Kedua wilayah ini terkenal dengan destinasi pantai, dan juga berisiko tinggi terhadap tsunami dengan ketinggian gelombang yang diperkirakan antara 10 hingga 15 meter.
b. Kota di Pesisir Selatan Lampung
- Kalianda: Terletak di pesisir Lampung Selatan, kota ini berada dalam jangkauan langsung dari gelombang tsunami akibat megathrust di Selat Sunda. Ketinggian tsunami diperkirakan bisa mencapai 10 hingga 15 meter.
- Bakauheni: Sebagai pelabuhan utama di Lampung, Bakauheni juga berpotensi mengalami tsunami dengan ketinggian gelombang yang serupa.
c. Kota di Pesisir Selatan Jawa Barat dan Jawa Tengah
- Pelabuhan Ratu: Kota ini terletak di selatan Jawa Barat dan berada di jalur langsung jika terjadi tsunami besar dari Selat Sunda. Gelombang tsunami di sini diperkirakan bisa mencapai ketinggian 10 hingga 15 meter.
- Cilacap: Terletak di pesisir selatan Jawa Tengah, Cilacap juga berpotensi terdampak tsunami, meskipun ketinggiannya mungkin lebih rendah, sekitar 5 hingga 10 meter.
2. Apakah Tsunami Akan Sampai ke Tangerang dan Jakarta?
Jakarta dan Tangerang, yang berada di sisi utara Pulau Jawa, memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan daerah-daerah di pesisir selatan Banten dan Jawa Barat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor:
- Geografi dan Topografi: Pantai utara Pulau Jawa, termasuk Jakarta dan Tangerang, dilindungi oleh jarak dari pusat gempa di Selat Sunda. Selain itu, topografi wilayah ini relatif lebih datar dan lebih jauh dari zona subduksi utama yang memicu gempa megathrust.
- Reduksi Energi Tsunami: Gelombang tsunami yang dipicu oleh megathrust di Selat Sunda kemungkinan akan kehilangan sebagian besar energinya saat bergerak ke utara menuju Jakarta dan Tangerang. Laut dangkal di sekitar Kepulauan Seribu juga dapat mengurangi kecepatan dan ketinggian gelombang tsunami.
Namun, meskipun kemungkinan terjadinya tsunami di Jakarta dan Tangerang kecil, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
- Ketinggian Tsunami di Jakarta dan Tangerang: Jika tsunami mencapai wilayah ini, ketinggiannya kemungkinan besar akan jauh lebih rendah, diperkirakan tidak lebih dari 1 hingga 3 meter. Meskipun demikian, tsunami setinggi ini masih dapat menyebabkan banjir di daerah pesisir dan merusak infrastruktur yang tidak siap.
- Faktor Kenaikan Permukaan Laut: Di masa mendatang, jika terjadi kenaikan permukaan laut akibat perubahan iklim, risiko tsunami di Jakarta dan Tangerang dapat meningkat.
Kesimpulan
Jika terjadi megathrust di Selat Sunda, kota-kota di pesisir selatan Banten, Jawa Barat, dan Lampung akan menjadi yang paling terdampak oleh tsunami. Ketinggian gelombang di daerah-daerah ini dapat mencapai 10 hingga 20 meter, tergantung pada kekuatan gempa dan karakteristik topografi setempat. Sementara itu, Jakarta dan Tangerang yang berada di pantai utara Jawa diperkirakan akan mengalami dampak tsunami yang jauh lebih kecil, dengan ketinggian gelombang sekitar 1 hingga 3 meter, atau bahkan lebih rendah. Meskipun demikian, penting untuk terus melakukan pemantauan dan simulasi terbaru untuk memperkirakan risiko secara lebih akurat dan mengimplementasikan langkah-langkah mitigasi yang tepat.
