Mohon tunggu...
Dunia Pendidik Modern
Dunia Pendidik Modern Mohon Tunggu... Guru - Pengajar dan Pendidik

Saya adalah seorang pendidik yang fakir ilmu. Saya akan sangat senang mempelajari hal baru di dunia pendidikan untuk membuat murid-murid Indonesia merdeka dengan ilmunya. Murid Indonesia akan percaya diri dengan menginisiasi perubahan baik untuk negeri ini. Dan saya ingin berbagi banyak hal yang bisaa jadi dapat menginspirasi pendidik lain, bisa jadi untuk di tiru oleh pendidik lain, atau bisa jadi untuk diberikan kritik dan saran oleh pendidik lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

P A D I

21 Maret 2023   09:52 Diperbarui: 21 Maret 2023   10:01 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Teruntuk anakku Ratri Rahma Rianti,

(yang bisa jadi akan dibacanya 6 atau 8 tahun lagi)

Duhai gadis manis berlesung pipi berbola mata hitam biji kelengkeng, tentu disekolah Guru Bahasa Indonesia pernah memberitahumu contoh kalimat begini: Jadilah seperti padi, makin berisi makin menunduk ia. Oh, itu sungguh falsafah yang luar biasa maknanya. Mengajarkanmu untuk menjadi orang yang rendah hati. Tapi, ibu bukan akan membahas makna falsafah itu, karena setelah ini kau bisa berguru pada Bapak mengenai makna dari falsafah itu karena Bapak jauh lebih ahli tentang begitu daripada ibu dan kau akan tahu satu diantara jutaan bintang disemesta alasan ibu jatuh hati padanya.

Nak, kalau kau juga pernah mendengar orang bilang: dalam sebutir padi menyimpan 7 kebaikan. Itu Cuma sepermili dari jutaan kebaikan dan pengorbanan serta kasih sayang dari sebutir padi.

Suatu hari kau harus ikut Eyang Kakung ke sawah, ikutlah 'tandur' masuk kubangan lumpur dan berpanas-panasan memakai tudung. Lalu pada saat musim panen, ikutlah berpesta memanen padi di sawah, menikmati santap siang di tengah pematang sawah saat panen raya itu rasanya lebih enak daripada makan siang di rumah makan siap saji paling terkenal sekalipun. Setelah itu, sungguh jangan melewatkan untuk ikut menjemur padi di pelataran halaman depan rumah Eyang Buyut, ambil 'keruk'mu dan bolak balikkan padimu. Karena disitu kau kan tahu rasanya berada ditengah terik matahari dengan menggeret keruk yang berat, menjaga agar padimu mendapat sinar matahari yang baik agar berasmu kelak punya kualitas yang bagus dan membuat senyum diwajah yang menyantapnya.

Sungguh catatan ini akan terasa biasa saja ketika kau hanya sampai membacanya. Cobalah! Baru kau akan tahu adanya jutaan kebaikan dan pengorbanan serta kasih sayang dari setiap nasi yang kau santap setiap hari.

*) Dari Ibu yang terbiasa menggeret spidol dan penghapus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun