Pandemi Covid-19 yang berlangsung selama kurang lebih dua tahun ini membuat tingkat konsumsi pemakaian listrik rumah tangga melonjak tajam. Saya sebagai ibu rumah tangga mengakui hal tersebut. Selain dampak PPKM yang mengharuskan kita untuk tidak keluar rumah jika tidak ada kepentingan mendesak. Konsumsi listrik yang jor – Joran diakibatkan karena terlalu sering menggunakan peralatan barang elektronik rumah tangga. Sebab semua kegiatan dilakukan dirumah semisal Work From Home (WFH) dan School From Home (SFH).
Padahal, energi untuk membangkitkan tenaga listrik masih didominasi dengan bahan bakar fosil . Sayangnya pasokan bahan bakar ini semakin defisit tiap tahunnya. Menurut data yang dikutip dari laman esdm.go.id menjelaskan bahwa Indonesia memiliki kapasitas (pembangkitan) sumber energi sebesar 70,96Â Giga Watt (GW). Dari kapasitas energi tersebut, 35,36 persen energi berasal dari batu bara; 19,36 persen berasal dari gas bumi, 34,38 persen dari minyak bumi, sedangkan untuk EBT (Energi Baru dan Terbarukan) baru mencakup 10,9 persen meliputi pembangkit listrik tenaga air dan panas bumi. Masih sangat kecil sekali tingkat penggunaan EBT bukan? Belum lagi efek pembakaran karbon yang sangat berisiko memengaruhi perubahan iklim.
Berdasarkan hal tersebut, sekarang Pemerintah kita genjar dengan kampanye supaya masyarakat beralih ke Energi Baru dan Terbarukan (EBT) dan sudah banyak Pabrik – Pabrik yang beralih ke energi baru dan terbarukan dengan menggunakan panel surya untuk daya listrik mereka. Salah satunya ada Pabrik Danone Indonesia.
Danone Dukung Energi Baru dan Terbarukan dengan menggunakan Panel Surya di Pabrik.
Menurut laman Kompas.com (18/8), Danone Indonesia menerapkan energi terbarukan di beberapa Pabrik besarnya, mereka menargetkan PLTS dapat terpasang diseluruh atap pabrik Danone -AQUA pada tahun 2023 dengan total kapasitas sistem produksi photo voltaic lebih dari 15 MegaWatt-peak (MWp), mampu menghasilkan listrik sebesar 21 GigaWatthour (GWh). Target dari Danone sendiri ingin mengurangi emisi karbon sebesar 16.633 ton karbondioksida per tahunnya. Setelah itu akan dilanjutkan secara bertahap di seluruh pabrik Sarihusada dan Nutricia hingga tahun 2025. Tak hanya Danone saja yang sudah memasang PLTS di pabriknya akan tetapi ada 13 perusahaan yang menjadi bagian kelompok kerja Corporate Buyer Clean Energy Invesment Accelerator (CEIA) yang juga mendukung dan mengakselerasi penggunaan energi terbarukan di Indonesia. Lantas bagaimana solusi PLTS untuk tingkat rumah tangga?
Â
Solusi EBT Panel Surya untuk Rumah Tangga
Untuk tingkat rumah tangga sendiri memang isu mengenai PLTS ini gaungnya masih kurang terdengar. Salah satu faktornya mungkin disebabkan kurangnya sosialisasi dari Pemerintah Pusat dan atau Pemerintah Daerah terkait pemanfaatan teknologi PLTS tingkat rumah tangga serta faktor lainnya yang sangat krusial yaitu mengenai pembiayaan.
Selama ini yang menjadi momok sebagian dari kita adalah saat ingin mengimplementasikan panel surya dirumah adalah faktor budgeting atau biaya awal yang lumayan menguras dompet. Masyarakat memang berkeinginan untuk memasang instalasi pembangkit listrik tenaga surya atap (panel surya) namun mereka kaget Ketika mengetahui besaran investasi yang harus dikeluarkan.
Saya contohnya, semenjak pandemi tagihan listrik mendadak membengkak. Sudah mengatur penghematan penggunaan listrik ini itu tapi tetap saja hitungannya membuat kepala pusing.
Akhirnya, setelah mengikuti Danone Digital Academy 2021, saya mendapatkan banyak insight seputar isu Lingkungan salah satunya dengan pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT). Mencoba berselancar di dunia maya dan mencari tahu bagaimana PLTS bisa diterapkan untuk rumah tangga serta pembiayaannya. Dan ini yang saya dapatkan: