Apa yang salah dari pengajaran bahasa Arab di Indonesia?
Bahasa Arab di indonesia, kedudukannya sebagai bahasa Asing. Layaknya bahasa asing lainnya Bahasa Arab perlu dipelajari dan penting untuk diajarkan.
Hal ini tentu kita sadari bersama karena kita ketahui bahwa dari sekian banyak lembaga pendidikan menjadikan bahasa Arab sebagai mata pelajaran wajib, belum lagi lembagakursus bahasa Arab yang sekian banyaknya. hal ini bisa kita lihat dari data sebagai berikut
Data di Atas mengungkapkan bahwa ada MI, MTS, MA, RA, PTKI, LPQ, Pondok Pesantren, dri sekian lembaga tersebut terjumlah dlam angka 315.291 yang mempelajari huruf ejaan dari bahasa Arab yaitu huruf hijaiyah. Selain dari hal itu masyarakat indonesia juga mayoritas muslim, dan segala peribadatan menggunakan bahasa Arab.
Namun Mengapa, Bahasa Arab masih dipandang pelajaran yang sulit, bahkan juga banyak para siswa yang sekolah dari MI-Ma yang selama belajar 9 tahun ditemani bahasa Arab, masih belum senang dengan pelajaran bahasa Arab.
Hal yang demikian terjadi bisa disebabkan karena 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal lebih pada diri setiap individu, misal karena memang ia tidak suka bahasa Arab, faktor psikisnya yang tidak mampu. Selanjutnya faktor eksternal, yaitu faktor yang disebabkan dari luar diri siswa, misal lingkungan yang tidak mendukung dalam belajar bahasa Arab, guru yang tidak menyenangkan. Dari 2 faktor di atas yang perlu di sadari dan carikan solusi yerlebih dahulu adalah dari faktor eksternal, mengapa? Karena bahasa Arab adalah bahasa Asing bagi kita bangsa indonesia, karena bahasa Asing maka perlu yang namanya Pengajaran. Pengajaran masuk pada faktor eksternal yang pengaruhnya sangat besar pada faktor internal seorang anak (minat siswa). Maka dari itu sangatlah penting para pendidik bahasa Arab memperhatikan bagaimana ia bisa mengajarkan bahasa Arab.
Berbicara tentang pengajaran atau mengajarkan bahasa Arab, sangat erat kaitannya dengan bagaimana siswa itu bisa menerima bahasa Arab, bagaimana siswa bisa memperoleh Bahasa Arab dengan baik. Maka dari itu pengajaran bahasa Arab seharusnya menyesuaikan dengan teori pemerolehan bahasa.
Siklus pemerolehan bahasa Arab sama denganbahasa bahasa lainnya, yaitu kita ibaratkan pada bagaimana siklus seorang bayi menerima bahasa dan bisa memperoleh serta menerapkannya. Siklus yang diumpamakan pada pemorolehan bahasa bagi tersebut diantara. Pertama; pengajaran tentang bunyi bahasa, dimulai dari satuan bunyi terkecil, misalkan A, BA,i. Begitu juga bahasa Arab sebelum seorang siswa di ajari tentang kosa kata, maka seharusnya ia faham dan bisa mengucapkan setiap bunyi kata dari huruf tersebut, hal ini bisa dilakukan dengan cara mendengar, seperti bayi yang tidak pernah mendapatkan teori dalam berbicara, bayi hanya mendengar apa yang diucapkan orang tua lalu menirukannya. Kedua; mengajarkan mufradat atau kosa kata, stelah seorang anak bisa mengkategorikan satuan bunyi terkecil dari bahasa, maka barulah dipraktekan pada kata, misal kata; Uma (U dan Ma) Abi (A-bi), setelah hal ini di lewati maka yang ketiga; mengajari bagaimana seorang anak bisa membaca apa yang dimaksuddari bahasa tersebut. Keempat; mengajarkan bagaimana seoarang anak menuliskan apa yang ia katakan dan apa yang ia dengar, tingkat ini memang sangat sulit, guru bisa mengajar dengan kata perkata, kalimat perkalimat.
Keslahan dalam pengajaran bahasa Arab di sebagaian indonesia, adalah dari segi urutan, banyak dari siswa yang kadang belum bisa mendengar dengan baik apa itu bahasa Arab, belum bisa menucapkan satuan bunyi terkecil bahasa Arab, namun sudah disuapi terlebih dahulu dengan mufradat mufradat yang diwajibkan untuk dihafal, hal ini yang membuat siswa kadang merasa bahwa bahasa Arab pelajran yang sulit dan mengandalkan hafalan Mufradat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H