Menarik memperhatikan pendapat dari orang di luar Sunda tentang bahasa Sunda.
Pendapat diungkapkan oleh Fadhil Dwiki Nugroho, seorang sarjana Bahasa dan Kebudayaan Jepang & Linguistik dari Universitas Diponegoro Semarang.
Dwiki Nugroho yang bukan seorang penutur bahasa Sunda, namun dia penutur Jawa, mengatakan aksara Sunda itu sangat berbeda dengan aksara Sasak, Bali, dan Jawa.
Kalau dalam bahasa Sunda ada fonem "eu" maka hal itu tidak ada dalam bahasa Jawa atau Bali.
Ada bahasa Sunda yang egaliter, atau bahasa kasar, atau bahasa Sunda Banten.
Entah apakah mereka yang penutur bahasa Sunda merasa ada keunikan dalam bahasa mereka sendiri?
Bahasa Sunda dan bahasa Jawa pada masa sekarang dikenal sama-sama memiliki tingkatan (bahasa kasar dan halus).
Saya yang dilahirkan di daerah Jawa Barat sendiri menduga memang sudah "dari sananya" bahasa Sunda itu memiliki tingkatan.
Ketika di SMP, saya pun mendapatkan mata pelajaran bahasa Sunda, kasar dan halus.
Namun menurut beberapa sumber, dulunya bahasa Sunda ini tidak mengenal tingkatan seperti bahasa Jawa.
Di propinsi Banten, sekarang dapat ditemukan warganya yang hanya menggunakan bahasa Sunda kasar (Suku Baduy).