Bulutangkis memang selalu mendongkrak peringkat Indonesia di Olimpiade manapun.
Dan hanya olahraga tepak bulu inilah satu-satunya cabang olahraga yang pernah membawa pulang medali emas ke tanah air.
Termasuk di antaranya di Olimpiade Sydney 2000.
Pada saat itu, Indonesia menduduki peringkat akhir di posisi ke 38 berkat raihan medali, 1 emas, 3 perak, dan 2 perunggu.
Emas dipersembahkan oleh pebulutangkis ganda putra Tony Gunawan/Candra Wijaya, setelah di partai final mengalahkan ganda Korea Selatan , Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong dengan rubber set, 15-10, 9-15, dab 15-7.
Sedangkan medali perak juga diciduk dari olahraga tepak bulu ini, yaitu ganda campuran Tri Kusharjanto/Minarti Timur, dan tunggal putra Hendrawan.
Sedangkan perak ketiga dipersembahkan oleh Raema Lisa Rumbewas dari cabang olahraga Angkat Besi nomor 48 kg putri.
Sedangkan 2 perunggu diraih oleh Sri Indriyani di cabang olahraga Angkat Besi nomor 48 kg putri, dan Winarni Binti Slamet dari cabang olahraga Angkat Besi nomor 53 kg putri.
Jadi jelas, dari keseluruhan 6 medali yang dikantongi para atlet Indonesia diraih hanya dari 2 cabang olahraga itu, yaitu bulutangkis dan Angkat Besi.
Dalam sejarahnya, hanya dua cabang olahraga itu saja yang paling banyak menyumbangkan medali Olimpiade, Asian Games maupun SEA Games.
Setelah meraih medali emas, pasangan Candra Wijaya, Tony Gunawan memutuskan untuk berpindah kewarganegaraan menjadi warganegara Amerika Serikat.
Pada tahun 2001 Tony Gunawan hijrah ke Amerika Serikat. Di negara Paman Sam itu Tony berpasangan dengan Howard Bach yang juga berkewarganegaraan Amerika Serikat yang imigran dari Vietnam.
Tony Gunawan menunjukkan jika dirinya adalah seorang pebulutangkis hebat yang mudah beradaptasi dengan siapa pun yang menjadi pasangannya.
Berpasangan dengan Howard Bach, Tony lantas keluar sebagai juara pada Kejuaraan Dunia yang digelar Anaheim, Amerika Serikat. Di final, Tony/Bach yang mewakili Amerika Serikat mengalahkan ganda Indonesia, Candra Wijaya yang pada saat itu berpasangan dengan Sigit Budiarto.
Unik, karena Tony dan Candra yang sebelumnya meraih medali emas di Olimpiade Sydney, kini saling bertemu, namun dengan pasangan yang berbeda.
Jika Tony berpasangan dengan Howard Bach, maka Candra berpasangan dengan Sigit Budiarto.
Bukti lain jika Tony Gunawan mudah beradaptasi dengan pasangan manapun adalah ketika bertandem dengan Halim Haryanto, maka ganda putra Tony/Halim berhasil menjuarai gelar juara dunia dan All England.
Perjalanan Tony/Candra hingga ke final dan menjadi juara di Sidney dapat dikatakan tidaklah menemui hambatan yang berarti.
Setelah lolos ke babak kedua karena mendapatkan bye, selanjutnya Tony/Candra bertemu dengan Michael Sogard/Jim Laugsen dari Denmark. Tony/Candra menang dua set 15-9 dan 15-7.
Di perempatfinal, Tony/Candra bertemu dengan Nathan Robertson/Simon Archer dari Inggris. Tony/Candra menang 15-13 dan 15-11.
Setelah melewati rintangan ganda Korea Selatan Kim Dong-moon/Ha Tae-kwon di semifinal, Tony/Candra masuk ke partai puncak.
Di set ketiga berhadapan dengan Lee Dong-soo/Yoo Yeon-seong, Tony lebih siap. Di final.
Diawali dengan servis dari Candra Wijaya, ganda Korea berhasil mengembalikan dengan baik. Lantas terjadi saling jual beli serangan dengan pukulan-pukulan dropshot tajam.
Namun pada akhirnya, sebuah sergapan cepat dari Candra Wijaya gagal dikembalikan oleh lawan.
Berakhirlah gim ketiga atau gim penentuan. Maka serentak Candra dan Tony saling berpelukan bahagia.
Candra dan Tony lalu melakukan selebrasi dengan membawa bendera merah-putih mengelilingi lapangan. Emas untuk Indonesia!
Sejatinya Candra dan Tony merupakan pasangan gado-gado, tapi berkat polesan dari "Naga Api" maka mereka bisa padu menjadi pemain yang kompak, dan emas.
"Naga Api" adalah julukan bagi pelatih ganda putra Herry Iman Pierngadi.
Kini di Olimpiade Tokyo, Herry IP ditantang kembali untuk menunjukkan polesan ajaibnya kepada Kevin/Marcus, atau Hendra/Ahsan, dua wakil ganda putra Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020.
Sebagai catatan, dari sejak berpartisipasi untuk pertama kalinya di Olimpiade Helsinki 1952, Indonesia sempat absen di Olimpiade Tokyo 1964.
Pada saat itu, kontingen Indonesia yang sudah tiba di Tokyo, ditolak kedatangannya. Hal tersebut dikarenakan Indonesia mendapatkan sanksi dari IOC terkait keikutsertaan Indonesia pada Ganefo (Games of the Emerging Forces) gagasan Soekarno.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H