Kata-kata ini sudah sering didengar, karena latar belakang pergaulan di sekitarnya, karena saya lama bermukim di Jawa Barat (Sunda).
Dalam hubungannya dengan sesama, orang-orang Sunda mengenal kata-kata ini, silih asah, silih asuh, dan silih asih.
Dengan menerapkan landasan hidup tersebut maka akan tercipta suasana damai, ketentraman, dan kekeluargaan antara sesama.
Silih asah artinya saling mengasah atau mengajari. Silih asih artinya saling mengasuh atau membimbing. Sedangkan Silih asih artinya saling mengasihi atau menyayangi.
Orang-orang Sunda boleh membanggakan bahwa di antara mereka banyak yang menjadi tokoh nasional, baik di bidang pemerintahan, olahragawan, artis, dan sebagainya.
Bahkan Bapak Umar Wirahadikusumah adalah salah seorang mantan Wakil Presiden RI yang pernah mendampingi Soeharto sebagai kepala negara.
Sunda berasal dari kata Sansekerta suddha yang berarti putih, berkilau, bersinar, atau terang (Rouffaer-1905). Sunda juga bermakna sama dalam bahasa Bali dan Jawa Kuno (Ananda Kusumah-1986).
Kapankah awal mula kata Sunda ini dipakai?
Adalah Purnawarman, salah satu raja Kerajaan Tarumanagara yang awal mula menggunakan nama Sunda ini sebagai nama ibukota dari salah satu kerajaan tertua di Nusantara itu.
Purnawarman menamakan pusat kerajaannya (tahun 397 Masehi) dengan Sundara. Lantas, Tarusbawa, raja Tarumanagara yang ke 13 merubah nama Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda (abad ke 13).
Peristiwa ini yang menjadi cikal bakal, wilayah Tarumanagara menjadi terpecah dua, yaitu Kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda, dan Sungai Citarum yang menjadi batasnya.