Dalam ajang International Book Fair Di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, pada tahun 2014, Toeti bersama Sapardi Djoko Damono sempat meluncurkan buku Kumpulan Puisi Perempuan Indonesia-Malaysia.
Jika Maria Hartiningsih jurnalis koran Kompas mengutip pernyataan antropolog Belanda Dr Tine Husner, bahwa Toeti adalah wanita yang menjadi pebisnis, pegiat budaya, pemilik galeri, penyair, dan profesor.
Sedangkan cendekiawan Arief Budiman menambahkan satu lagi "profesi" Toeti, apa itu?
Demonstran!
Di akhir masa pemerintahan Orde Baru, Toeti merupakan salah satu tokoh gerakan unjuk rasa SIP (Suara Hati Ibu). Rapat-rapat digelar di gedung milik Toeti, yaitu Gedung Biro Oktroi Rooseno.
Aksi damai itu diadakan pada 23 Pebruari 1998 di Bundaran HI.
Suara Hati Ibu itu menyuarakan keprihatinan ibu-ibu yang paling merasakan gejolak ekonomi dengan naiknya harga-harga.
Karena kebesaran karya-karya dan cerdik cendekia nya, Toeti sempat dikunjungi Presiden Jokowi beberapa waktu lalu.
Ketua Mahkamah Konstitusi Jimmy Ashiddiqie menjadi salah satu tokoh yang turut merasa berduka cita atas kepergian Toeti.
Dalam Twitternya, Jimmy menulis Toeti Heraty akan selalu dikenang ilmuwan dan cendekiawan Indonesia.
Ucapan dukacita dan karangan bunga datang dari sejumlah tokoh lainnya, seperti Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), dan lain-lain.