Menarik menyimak sejarah tentang keberadaan atau sejak kapan terjadinya akulturasi budaya antara penduduk asli Papua dengan para pendatang dari wilayah lainnya di Indonesia?
Ternyata orang-orang Nusantara dari luar wilayah Papua pernah mengunjungi pulau Kepala Burung itu bahkan sejak abad ke 9. Apa buktinya?
Hal tersebut dapat dilihat dari catatan seorang peneliti asal Belanda yang bernama WP Groeneveldt. Dalam tulisannya yang berjudul "Nusantara dalam Catatan Tionghoa", Groeneveldt menyebutkan jika para penguasa di Jawa dan Sumatera memberikan upeti kepada kekaisaran Cina sejak abad ke 9.
Upeti itu antara lain berupa burung-burung yang indah dan beraneka warna yang eksistensi nya cuma ada di Irian Barat.
Seperti diketahui, sesuai dengan namanya sebagai daerah kepala burung, Papua mempunyai kelebihan tersendiri karena didiami oleh berbagai aneka jenis burung yang sangat indah.
Cenderawasih, Kasuari, atau Maleo adalah beberapa jenis burung indah yang hanya ada di Papua. Selain itu ada juga Perling Papua, Robin Salju, Sikatan Biak, atau Nuri Sayap Hitam.
Semua itu adalah sekian dari jenis burung endemik Papua yang sangat langka dan indah pada saat ini.
Dengan demikian maka dapat ditarik kesimpulan jika burung-burung endemik Papua itu sudah menjadi bahan upeti, maka itu berarti Papua sudah pernah dikunjungi oleh orang-orang Nusantara dari luar Papua.
Apa yang dikatakan Groeneveldt itu pendapatnya diperkuat oleh sejarawan HW Bachtiar.
Dalam artikelnya yang berjudul "Akulturasi di Irian Barat", dijelaskan jika penduduk Papua sudah menjalin hubungan dengan dengan banyak kerajaan di Nusantara, termasuk dengan Majapahit dan Sriwijaya. Di abad ke 14.
Senada dengan Groeneveldt, HW Bachtiar juga mengatakan hal itu beriringan dengan meningkatnya pemberian upeti kepada kekaisaran Cina.