Itulah cikal bakal mereka ingin memonopoli perdagangan. Dan untuk menyingkirkan para pesaingnya dari Eropa dan Asia seperti yang disebutkan di atas, maka Belanda bersiasat dengan menghubungi raja-raja di Nusantara untuk bekerjasama.
Akan tetapi lantas Belanda mengkhianati perjanjian itu. Dan itulah yang menjadi penyebab timbulnya perang terbuka antara Belanda dengan penguasa Banten.
Pertempuran baru berakhir setelah Belanda membayar denda sebesar 4.500 gulden untuk membebaskan de Houtman yang ditahan penguasa Banten.
Dari manakah asal mula armada Belanda itu mengetahui adanya sumber rempah-rempah di Banten?
Dalam buku "Itinerario naer Oost ofte Portugaels Indien" karya Jan Huygen van Linschoten, orang Belanda itu menyebutkan nama Sunda Kelapa (Jakarta sekarang) sebagai sumber rempah-rempah.
Siapakah Jan Huygen van Linschoten yang dimaksud?
Pada abad ke 15, Eropa mendengar bahwa ada satu wilayah di Hindia Timur (Nusantara) yang kaya akan komoditi rempah-rempah. Sebelum Belanda, ternyata Portugis dan Spanyol sudah terlebih dahulu tiba di Hindia Timur.
Dalam perjalanannya kedua bangsa itu bertemu di Maluku. Portugis dan Spanyol berhasil mengangkut hasil rampokan dari Nusantara ke Eropa. Melihat kejadian itu, bangsa-bangsa Eropa lainnya ngiler. Mereka berlomba-lomba ingin mengirimkan armadanya ke Nusantara.
Dalam ekspedisi nya dan mencari jalur-jalur rempah baru, Portugis ternyata membuat peta-peta jalur ke Asia Tenggara dan Nusantara.
Peta-peta itu lantas menjadi barang yang sangat berharga bagi raja-raja Eropa, dan Portugis berupaya untuk menyembunyikan dan merahasiakan peta-peta tersebut.
Ibarat kata pepatah "Sepandai-pandainya tupai melompat maka akan jatuh juga", peta-peta tersebut yang dipegang oleh pelaut-pelaut Portugis tercium baunya oleh orang-orang Belanda yang sudah lama bekerja dengan para pelaut Portugis itu.