Gajah Mada sangat tersohor bukan saja dalam sejarah di Indonesia, semasa menjabat Perdana Menteri di Majapahit, Gajah Mada menguasai hampir seluruh wilayah yang disebut dengan Indonesia sekarang ini, ditambah dengan Asia Selatan, bahkan sampai ke Madagaskar di Afrika Timur.
Sumpahnya yang dikenal dengan Sumpah Palapa mengindikasikan jika Gajah Mada tidak akan bersenang-senang dulu dengan makan buah Palapa sebelum seluruh Nusantara dipersatukan dalam genggamannya.
Gajah Mada menjabat Maha Patih (Amangkubumi) pada saat pemerintahan Prabu Hayam Wuruk (1350-1389) yaitu raja keempat Majapahit. Di sinilah nama Gajah Mada lantas menjadi legendaris.
Namun tahukah Anda jika sebelumnya, Gajah Mada juga sudah berkontribusi kepada kerajaannya. Dan bahkan di sinilah cikal bakal Gajah Mada diangkat sebagai Maha Patih.
Pada saat Gajah Mada masih menjadi salah satu anggota pengamanan raja, alias Bhayangkara, Gajah Mada pernah menggagalkan upaya kudeta yang dilakukan oleh Dharmaputera pimpinan Ra Kuti.
Peristiwa ini terjadi di masa Prabu Jayanagara, raja ke 2 Majapahit (1309-1328).
Dharmaputera ini adalah pejabat tinggi yang dibentuk khusus oleh raja. Jayanagara membentuk Dharmaputera yang beranggotakan 7 orang. Mereka adalah Ra Kuti, Ra Pangsa, Ra Banyak, Ra Yuyu, Ra Wedeng, Ra Tanca, dan Ra Semi.
Para pengemar sejarah mungkin pernah mendengar pemberontakan ini.
Dharmaputera tidak senang dengan pemerintahan Jayanagara yang dianggap lemah. Dianggap memberontak, karena jelas, Dharmaputera ini adalah " pengawal istimewa yang disayangi raja", demikian Kitab Pararaton menyebutkan.
Dalam buku sejarah, Jayanagara juga ada yang menyebutkan Kalagemet. Kitab Pararaton menafsirkan, Kalagemet itu adalah olok-olok yang mengandung arti "lemah", atau "jahat".
Dharmaputera juga membenci Jayanagara dengan melihat silsilahnya. Meski Jayanagara adalah anak dari Raden Wijaya (pendiri sekaligus raja pertama Majapahit), akan tetapi Sri Maharaja Wiralandagopala (gelar Jayanagara) bukanlah berasal dari keturunan permaisuri.