Setidaknya kita sering mendengar kalimat ini, "badannya bau, sudah tua,".Â
Namun apakah benar pada kenyataannya, jika sudah berumur, maka tubuhnya akan berbau yang berbeda dari biasanya?
Kalimat itu memang mungkin pernah Anda dengar, namun hal tersebut dianggap sebagai "kira-kira" saja.
Merdeka.com melansir brightside, yang menyimpulkan seiring dengan bertambahnya usia seseorang, maka bau tubuhnya juga akan semakin berubah.
Dengan tanpa melihat wajah, beberapa penelitian menyebutkan mendapatkan memang ada bau khusus pada orang lansia dan dengan mencium bau tubuh ini dapat mengidentifikasi usia seseorang.
Dalam dunia medis sering disebutkan seiring bertambahnya usia maka kesehatan atau daya imunitasnya juga semakin menurun. Dari penurunan itu baik secara hormonal, pola makan, obat-obatan yang dikonsumsi, atau pun berubahnya kimiawi kulit semuanya mempengaruhi bau tubuh. Termasuk juga dengan pola makan.
Oleh karenanya, tubuh mengeluarkan lebih banyak keringat.
Atau pun sebaliknya, kita pernah juga mendengar seseorang yang mengatakan, "wanginya bayi banget,". Dari perbandingan dua kalimat itu bisa memberi sinyal, pasti ada apa-apanya.
Bagaimana menurut penelitian?
Menguatkan asumsi itu, sejumlah studi memang membuktikan terdapat adanya perbedaan dari bau badan seorang bayi, dewasa, hingga lanjut usia.
"Bau tubuh orang tua" ini mengindikasikan jika si orang itu mengidap penyakit tertentu di dalam tubuhnya.
Semakin lanjut usia seseorang dan berhubungan dengan bau tubuh seseorang antara lain disebabkan karena hal-hal berikut ini.
Kebersihan gigi dan gusi. Mengonsumsi obat-obatan tertentu. Perubahan hormon. Perubahan pola makan. Kulit yang menua. Dan dihinggapi dengan berbagai penyakit.
Semakin tua usia seseorang maka air liur yang dihasilkan akan semakin sedikit yang dihasilkan dari mulut. Meskipun gigi palsu sering dibersihkan, namun gigi palsu ini meningkatkan masuknya bakteri jahat ke dalam mulut.Â
Selain itu, orang tua juga sering dihinggapi penyakit gusi. Oleh karenanya hal tersebut dapat menyebabkan bau mulut dan berujung pula mempengaruhi bau tubuh.
Obat-obatan yang dikonsumsi membuat tubuh menghasilkan lebih banyak keringat yang keluar dari dari kelenjar apokrin di ketiak dan selangkangan.
Ketika tubuh berkeringat, bakteri di kulit akan mudah berkembang biak dan memecah protein pada keringat menjadi zat asam.
Atau dengan kata lain, jika bakteri kulit tercampur dengan keringat yang keluar itu maka akan menyebabkan bau tubuh yang tidak sedap.
Bau badan ini biasanya muncul karena berkeringat, akan tetapi pemicunya bukanlah keringat tetapi karena adanya bakteri di kulit dan karena perubahan hormon.
Berubahnya hormon androgen ini dialami oleh mereka yang sedang stres, atau remaja yang sedang pubertas.
Itulah yang menyebabkan bau badan.
Uniknya, suatu studi menyebutkan ternyata laki-laki justru menganggap wanita yang berubah bau seperti itu menjadi menarik.
Pola makan yang berubah. Makanan yang berkuah, seafood, daging-dagingan, dan sebagainya, itu juga mempengaruhi bau badan seseorang.
Makanan-makanan itu terolah dalam tubuh lalu mengeluarkan bahan kimia lewat keringat, inilah yang menyebabkan bau yang lain.
Bau mulut dalam hal ini boleh digolongkan dengan bau badan.
Orang yang kekurangan cairan dalam tubuhnya atau biasa disebut juga dengan dehidrasi akan menyebabkan mulut kering dan menjadi tempat bakteri untuk tumbuh, itulah yang menyebabkan bau mulut/nafas.
Perubahan pola makan ini sejalan dengan semakin bertambahnya usia seseorang.
Sedangkan kulit yang menua akan lebih banyak membuat asam lemak. Jika asam lemak ini bercampur dengan udara, maka itu akan menyebabkan "bau kimia".
Penyakit-penyakit tertentu, satu atau lebih dari satu penyakit, seperti diabetes. Ini juga yang menyebabkan berubahnya bau badan.
Berbagai cara para ilmuwan melakukan cara penelitiannya.
Journal Plos One memuat penelitian yang dirancang oleh peneliti Johan Lundstrom, Ph.D, sekaligus ahli syaraf di Monell Chemical Senses Center, lembaga penelitian non profit di Philadelphia, Amerika Serikat.
Lundstrom dan kolega-koleganya membagi 49 pria dan wanita ke dalam tiga kelompok umur, masing-masing 75-90, 45-55, dan 20-30. Mereka disuruh tidur selama lima malam berturut-turut.
Singkat cerita, Lundstrom meneliti apakah ada bau atau perubahan bau seseorang seiring bertambahnya usia seseorang.
Hasilnya, adanya bau yang berbeda seiring dengan peningkatan semakin menuanya seseorang disebabkan oleh faktor-faktor seperti yang sudah disebutkan di atas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H