"Enam jam di Jogja" sepertinya Anda pernah mendengar kalimat tersebut. Apakah itu berbentuk sebuah karya film, atau pun judul dari sebuah buku?
Kemarin, 1 Maret (1949) memiliki arti penting bagi bangsa Indonesia. Tokoh-tokoh penting yang terlibat dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 itu adalah Soeharto, Soedirman, dan Hamengkubuwono ke IX.
Dengan dilancarkannya Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948, berarti mereka telah mengkhianati perjanjian Renville.
Pada saat itu ibukota Indonesia, Yogyakarta, berhasil dilumpuhkan dan dikuasai, Belanda menangkapi para pemimpin Indonesia.
Para pemimpin Indonesia yang diciduk (pada 22 Desember 1948) kompeni itu antara lain Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, Perdana Menteri Soetan Sjahrir. Mereka diasingkan ke Pulau Bangka.
Tokoh-tokoh utama dalam 6 jam di Jogja.
Awal mula serangan umum 1 Maret 1949 itu, adalah ketika Sultan Hamengkubuwono IX marah kepada tindakan Belanda yang menduduki Yogyakarta sehingga kota yang kini dijuluki "Kota Gudeg" itu kondisinya kacau balau.
Patut diketahui Sri Sultan Hamengkubuwono ke IX ini tidak ditangkap Belanda karena kedudukannya yang istimewa. Jika ditangkap, maka Belanda akan kesulitan pada keberadaannya di Kota Gudeg itu.
Sultan Hamengkubuwono sangat dihormati di sana sebagai seorang raja. Namun Hamengkubuwono enggan bekerjasama dengan Belanda.
Agar tidak diperalat oleh Belanda, Sri Sultan Hamengkubuwono IX pun menulis surat yang disebarluaskan kepada seluruh Yogyakarta bahwa beliau mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Sultan. Tindakan pengunduran diri itu lantas diikuti oleh Sri Paku Alam.
Bulan Pebruari 1949 Hamengkubuwono IX berbincang dengan Jenderal Soedirman dan mengusulkan agar diadakan upaya untuk merebut kembali Kota Gudeg dengan cara melakukan serangan militer. Usulan itu disetujui oleh Jenderal Soedirman.