Indonesia dan Myanmar memang selalu dekat sejak dulu dalam segala hal apakah itu dalam olahraga, hubungan antar pemerintah, dan kebudayaan.
Junaidi Abdillah, mantan pesepakbola Timnas bahkan mengatakan "Macan Asia" lebih gentar menghadapi Burma ketimbang Korea atau Jepang.
Dalam hal pemerintahan, Myanmar dan Indonesia selalu saling mendukung masing-masing negara untuk kemerdekaan. Lagu-lagu yang populer di Indonesia juga ngehit di Negeri Seribu Pagoda itu.
"Kedekatan" Indonesia juga berlanjut. Masih di bulan Pebruari, kudeta militer yang dipimpin oleh Jenderal Min Aung Hlaing pada permulaan bulan ini, ditentang oleh mayoritas masyarakat dunia. Alasan penggulingan kekuasaan itu karena NLD pimpinan Aung San Suu Kyi dianggap melakukan kecurangan pemilu.
Beberapa negara yang menentang militer pengkudeta itu antara lain Uni Eropa, Amerika Serikat, Inggris, Perancis, dan lain-lainnya.
Lalu bagaimana sikap Indonesia sebagai sesama anggota ASEAN menanggapi kondisi di sana?
Sikap Indonesia yang bahkan mengusulkan ASEAN untuk mendesak para jenderal militer di Myanmar untuk "menggelar pemilihan yang adil dan inklusif".
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi bahkan merencanakan kunjungan ke Myanmar.
Para demonstran yang marah lantas mengadakan aksi unjuk rasa di depan Kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia di Yangon. Jika jadi, maka Menlu Retno Marsudi bakal menjadi utusan asing pertama yang melawat ke Myanmar paska penggulingan kekuasaan 1 Pebruari lalu.
Pernyataan dan rencana lawatan Retno Marsudi itu mendapatkan kutukan dari mereka yang anti kudeta. Lawatan itu berarti sama saja jika Indonesia mendukung Jenderal Min Aung Hlaing.
AP (Associated Press)Â melaporkan Selasa (23/2/2021) kalau Indonesia saat ini sedang menjadi target kemarahan baru masyarakat anti kudeta Myanmar.