Tome Pires menyebutkan pada saat itu orang Jawa dan Sunda sudah mengenal apa yang disebut dengan perdagangan. Orang Sunda dan orang Jawa bersaing ketat dalam perdagangan ini, sehingga orang Sunda dianggap kurang akrab dengan orang Jawa, kendati tidak bermusuhan.
Itulah sebabnya mengapa bahasa Sunda dan bahasa Jawa tidak berasimilasi. Sebab lain adanya perbedaan antara bahasa Sunda dan bahasa Jawa karena leluhur orang Sunda berasal dari tatar Pasundan, mereka memiliki raja yang tidak mau tunduk kepada upaya aneksasi Gajahmada dari Majapahit.
Itulah sebabnya bahasa Sunda dan bahasa Jawa berbeda hingga jaman modern ini.
Seperti diketahui, Gajahmada telah bersumpah tidak akan bersenang-senang dengan makan buah Palapa sebelum seluruh wilayah Nusantara dipersatukan dalam kekuasaannya.
Pada saat itu Gajahmada sudah mempersatukan seluruh wilayah yang disebut dengan Indonesia sekarang ini, bahkan juga Malaysia, Singapura, Kamboja, bahkan Madagaskar
Akan tetapi cuma kerajaan Sunda Pajajaran yang belum ditaklukkan. Pajajaran bukanlah kerajaan yang lemah. Terbukti Majapahit yang begitu luas wilayah kekuasaannya tidak dapat menaklukkan Pajajaran yang seluas Jawa Barat.
Begitu pun dengan Singasari yang tidak dapat menaklukkan Pajajaran.
Lain kata jika Majapahit dapat menundukkan Pajajaran, barangkali bahasa Sunda akan dipengaruhi oleh Jawa.
Akan tetapi setelah Pajajaran kalah dari kerajaan Islam Mataram pada tahun 1579, bahasa Sunda mulai tidak suci lagi, karena Mataram menjadi penguasa pulau Jawa.
Sunda kini sudah tidak suci lagi karena sudah bercampur dengan bahasa Jawa. Penduduk yang secara geografis bermukim di perbatasan dengan Jawa Tengah seperti Cirebon, Majalengka, dan sebagainya kini menggunakan bahasa campursari, begitu juga dengan kebudayaannya.
Ada juga orang-orang Jawa yang menikah dengan orang Sunda, tinggal dan mencari nafkah di Jawa Barat.