Orang-orang suku Jawa memiliki keistimewaan tersendiri. Dalam hal bahasa, bahasa Jawa merupakan bahasa daerah yang paling banyak penuturnya. Data BPS 2015, ada lebih dari 700 bahasa daerah tersebar di seluruh Indonesia. Bahasa Jawa sebagai penutur terbanyak sebanyak 84,3 juta orang.
Sedangkan penutur terbanyak kedua adalah bahasa Sunda dengan 42 juta penutur.
Bahasa Jawa ini digunakan sehari-harinya bukan saja di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DIY Yogyakarta, akan tetapi juga di luar wilayah geografis. Bahasa Jawa juga banyak digunakan di Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi.
Bahasa yang termasuk rumpun bahasa Austronesia ini banyak juga digunakan di Suriname, Belanda, dan Malaysia. Juga di Singapura, Kepulauan Cocos, dan Kaledonia Baru.
Dari sudut perkembangannya, bahasa Jawa ini dibagi-bagi dalam bahasa Jawa kuno, bahasa Jawa pertengahan, bahasa Jawa baru, dan bahasa Jawa modern.
Bahasa Jawa baru mulai tumbuh seiring dengan masuknya pengaruh Islam pada abad ke 16 di wilayah utara pantai Jawa. Ketika Mataram bangkit, bahasa Jawa baru ini juga mulai memasuki pedalaman.
Masih pada era Mataram, pada abad ke 17 mulai dikenal adanya bahasa Jawa berdasarkan tingkatannya, yaitu bahasa Jawa Ngoko dan bahasa Jawa Kromo.
Bahasa Jawa digunakan di Suriname (Amerika Selatan) dapat dijelaskan sebagai berikut. Tanggal 1 Juli 1863 sistem perbudakan di dunia mulai dihapuskan.
Akibatnya perkebunan-perkebunan milik orang Belanda di Suriname tidak ada yang memeliharanya. Lantas pada kurun tahun 1890-1939 Belanda mengirimkan lebih dari 32.000 penduduk Jawa untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan di Suriname. Suriname dan Indonesia ini sama-sama wilayah kolonial Belanda.
Ditambah lagi, pada saat itu Belanda melihat orang-orang Jawa sangat miskin dan tengah ditempa bencana letusan gunung Merapi. Selain dipekerjakan, tenaga kerja dari Jawa itu juga diberikan tanaman sendiri dan hasilnya menjadi komoditas ekspor utama ke negara-negara Eropa. Komoditas-komoditas yang menjadi andalan ekspor tersebut adalah kopi, cacao, dan tebu.
Setelah Belanda kalah dari Jepang dalam Perang Dunia ke II, hanya sedikit orang-orang Jawa tadi yang kembali ke Indonesia. Sebagian besar mereka menetap di Suriname dan membentuk komunitas.