Pada 28 Maret 1830 Pangeran Diponegoro berhasil ditangkap Belanda di Magelang. Kerisnya lantas dirampas. Setelah itu Nogo Siluman dibawa ke Belanda, sebagai simbol jika Diponegoro kalah berperang.
Baru pada Maret 2020 keris itu dikembalikan ke Indonesia.
Peter Carey adalah seorang sejarawan asal Inggris yang banyak menulis tentang Indonesia, khususnya Jawa, dan terutama Pangeran Diponegoro. Selain itu dia juga menulis tentang Timor Leste.
Peter Carey bahkan menyelidiki Pangeran Diponegoro selama 30 tahun sebelum membuat sejumlah buku tentang Sang Pangeran. Dan salah satu hal yang mengejutkan, yang tidak diketahui publik adalah tentang kegemaran Sang Pangeran kepada anggur putih.
Dalam "Riwayat Diponegoro" Peter Carey menyebutkan jika Sang Pangeran gemar minum anggur putih bersama teman-teman Eropa nya, kendati tidak banyak. Mengejutkan, karena Diponegoro adalah seorang Muslim.
Tentang kegemarannya itu, Diponegoro mengatakan bahwa anggur putih hanyalah untuk menetralisir anggur merah yang memabukkan.
Diponegoro sangatlah fenomenal. Tidak heran karenanya, percaya tidak percaya, ada beberapa kejadian yang misterius di belakangnya.
Pada masanya, di Dusun Kasuran, Sleman, Yogyakarta, ada sepasang suami-isteri namanya Pak Kasur dan Bu Kasur.
Pak Kasur bersikeras untuk ikut berjuang dengan Diponegoro, akan tetapi Bu Kasur melarangnya. Karena perselisihan itu, mereka lalu berpisah, masing-masing ke Dusun Kasuran Kulon dan Kasuran Wetan.
Mereka bersumpah tidak akan tidur di ranjang yang beralaskan kasur (yang dijejali kapas) sebelum cita-cita Diponegoro tercapai.
Mereka pun menyebarkan pantangan itu ke seluruh warga Dusun Kasuran. Apabila dilanggar, maka akan terjadi sesuatu musibah menyusul.