Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Uang Saku atau Bekal Makan Siang, Mana yang Aman?

14 Januari 2021   09:04 Diperbarui: 14 Januari 2021   17:02 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memberikan uang saku kepada anak (republika.co.id)

Kemajuan teknologi sudah meloncat sedemikian jauh. Jika dulu kita kenal ada Revolusi Industri 1.0, 2.0, dan 3.0, kini kita sudah ada di apa yang disebut dengan Revolusi Industri 4.0.

Ketika di kelas 3 SD di Jawa Barat, saya teringat waktu itu sering diberikan sejumlah uang jajan untuk dibawa ke sekolah. Pernah juga dibawakan bekal dari rumah berupa makanan dan minuman.

Ibu membawakan bekal dari rumah ketika dalam usia yang lebih kecil lagi. Akan tetapi sudah di kelas 5 atau 6 SD, bekal tidak diberikan lagi. Sebagai gantinya ibu memberikan uang saku untuk jajan.

Bahkan komputer, internet, atau smartphone itu masuk dalam 3.0. Revolusi Industri 4.0 ditandai adanya mobil-mobil yang dapat berjalan sendiri tanpa ada pengemudinya.

Di jaman serba canggih ini, menyimak kembali "psikologi anak" jaman dulu (3-5 dekade lalu) dapat menimbulkan hasrat kita kembali ke masa-masa seperti itu. 

Sri (bukan nama sebenarnya) mempunyai seorang anak laki-laki berusia 8 tahun, duduk di kelas 2 SD. Sri mempunyai kebiasaan memberikan bekal kepada anaknya yang bernama Ari (bukan nama sebenarnya) sejak Ari di Taman Kanak-kanak.

Sri tidak memberikan uang saku lagi kepada Ari karena dia membawakan Ari bekal dari rumahnya. Hal tersebut dimaksudkan Sri agar Ari tidak jajan di sekolah karena khawatir akan kebersihan makanan yang dibeli anaknya.

Selain itu, Sri juga ingin mendidik anaknya agar memiliki sikap hemat, tidak menggunakan uangnya untuk jajan sembarangan. Dengan demikian, uang yang dimiliki Ari dapat ditabung.

Akan tetapi dalam beberapa hari terakhir, Sri mendapatkan bekal berupa makanan dan minuman yang dibawa anaknya masih utuh tidak dikonsumsi Ari sepulang sekolah.

Karena hal tersebut Sri mulai berpikir apakah sebaiknya dia memberikan uang saku saja kepada Ari. Namun pikiran nya terantuk lagi kekhawatiran anaknya menjadi suka jajan. Jika diberi uang saku, berapa jumlahnya?

Yudi Suharsono S.Psi, seorang psikolog, coba menjawab permasalahan yang menimbulkan nostalgia bagi kita itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun