Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Uji Coba Menjauhkan Benda Elektronik Ini Membawa Perubahan yang Tak Terduga, Kenapa?

12 Januari 2021   10:05 Diperbarui: 12 Januari 2021   10:51 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebersamaan keluarga (jogja.tribunnews.com)

Bukan diary sendiri. Katakan ini diary dari seorang perempuan bernama Diah, bukan nama sebenarnya.

Entah apakah pernah diadakan penelitian tentang dampak "hening" dari keseharian kita. Dalam dunia modern dan serba digital sekarang rasanya sulit bagi kita untuk menjauhkan diri dari segala macam benda teknologi tersebut.

Dulu sebelum ada televisi, hiburan mereka yang elekronik paling-paling radio untuk mendengarkan lagu-lagu, siaran berita, dan sebagainya.

Lalu ditemukan televisi, kendati pun masih hitam putih. Negara kita baru memiliki satu stasiun televisi yang dikelola oleh pemerintah dan BUMN, yaitu TVRI mulai tahun 1962.

Kemajuan pun kian beranjak, layar kaca menjadi berwarna. Bukan saja TVRI, swasta pun mulai ikut berperan sebagai operator nya.

Semenjak Diah menikah dan mempunyai dua orang anak, Diah merasakan pekerjaan rumah tangga yang dihadapinya seolah-olah tiada hentinya. Dari bangun tidur sampai ke tidur malam lagi, yang terjadi cuma itu-itu saja. Menyesakkan!

Diah merasa hiburan satu-satunya yang ada hanyalah televisi. Secara kebetulan, ruangan rumah mereka memungkinkan benda layar kaca itu diletakkan di suatu tempat yang jadinya bisa disaksikan dari dapur atau pun dari ruang keluarga.

Dunia rasanya sepi jika tidak ada layar kaca. Sembari bekerja di dapur atau ngobrol dengan suaminya, menemani anak-anak makan, berinteraksi dengan anak-anak. Semua dilakukan di depan layar kaca.

Televisi bahkan tetap begitu saja menyala hidup walaupun sedang tidak ada yang menontonnya.

Lama kelamaan, Diah mulai menyadari jika dengan secara membabi-buta terlalu sering menyaksikan tayangan benda elektronik itu berpengaruh kepada penurunan produktivitasnya.

Suami Diah pun ikut mengamini kondisi seperti itu. Diah dan suaminya berembug untuk menyimpan benda layar kaca tersebut sementara waktu. Tidak diketahui dimana televisi itu disimpan, apakah di gudang, atau di tempat lainnya.

Sehari dua hari setelah penyimpanan tersebut memang terasa lain, terasa sepi jadinya lantaran terbiasa bergantung hiburan dari "Samsung" itu.

Dari rasa sepi, Diah mulai bingung apa yang harus dilakukan untuk mengisi waktu lonely yang mencekam itu.

Namun kemudian ada bunga yang dipetik dari situasi seperti itu. Sebelumnya, Diah mempunyai hobi menulis. Kesibukan rumah tangga sehari-hari memaksanya menunda hobinya itu.

Ide baru muncul. Diah mulai hobinya lagi. Dia mengirimkan tulisan-tulisan hasil karyanya sendiri. Bukan sekedar menulis, bahkan Diah mengikuti lomba menulis, dan tak disangka-sangka Diah menang. Sukacita pun merebak di hatinya. Tak disangka, mulai menulis lagi, ikut lomba, dan menang!

Selain perubahan itu, Diah juga mulai aktif lagi di berbagai kursus yang diikutinya. Mulai dari membikin sarung bantal, patch work, memasak, dan menyulam. Diah pun mulai senang mengikuti berbagai talk show dan seminar.

Diah mendapatkan dua kali keuntungan. Selain kehidupannya yang mulai berubah, suami dan anak-anaknya pun ikut-ikutan mengalami perubahan. Anak-anaknya sekarang jadi mudah lapar (dalam konotasi yang baik), karena anak-anaknya mulai aktif. Mereka kini lebih sehat dan lebih memiliki nafsu makan.

Jika dulu mereka (Diah, suami, dan anak-anak) together di depan layar kaca, kini mereka berkumpul hanya untuk mengobrol.

Berkaitan dengan itu, umat Hindu memiliki perayaan utama dalam hari-hari penting lainnya, yaitu Hari Raya Nyepi. Ini adalah perayaan Tahun Baru Hindu.

Secara keagamaan, ada ritual-ritual tertentu yang dianut umat Hindu dalam perayaan Nyepi itu. Mereka dilarang keluar rumah, menyalakan segala sesuatu penerangan (termasuk televisi), jalan-jalan juga harus sepi. Nyepi berarti mengheningkan diri, tiada cahaya.

Dari segi kesehatan, hening ini juga ada baik serta manfaatnya. Untuk menghindari stress yang melanda kita dari segala macam kesibukan rutin sehari-hari, jika tidak ada istirahatnya, maka kita akan kehabisan nafas, sesak.

Dalam penciptaan dunia, Tuhan pun menciptakan segala sesuatu dari hari Senin sampai Sabtu. Kecuali hari Minggu, Tuhan beristirahat dulu. Sampai saat ini kita pun dapat memetik manfaatnya. Sepekan kita bergelut dengan pekerjaan, maka pada hari Minggu kita enjoy.

Kembali ke Diah. 

Nyepi dengan tidak ada televisi yang disimpan di gudang, sekaligus juga tidak ada berita yang dapat dilihat. Supaya tidak ketinggalan informasi, Diah lebih banyak membaca. "Kami berlangganan 5 media cetak sekalian" kata Diah.

Dampak yang besar kini dirasakan Diah dan keluarganya. Kebersamaan mereka semakin terasa tanpa si layar kaca yang disimpan di gudang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun