Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kenapa Pantai Selatan Berbahaya? Bukan Mistis, Inilah Alasan Ilmiahnya

10 Januari 2021   08:03 Diperbarui: 10 Januari 2021   08:32 1845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Religi adalah sebuah keniscayaan. Di pantai selatan Jawa ada mitos yang pantang untuk diusik keberadaannya. Konon jika dilanggar, maka dia akan hanyut terseret ombak ke tengah lautan.

Penguasa Pantai Selatan Nyai Roro Kidul sangat membenci warna hijau. Jika seseorang kedapatan mengenakan baju hijau itu, penguasa Pantai Selatan akan marah dan menyeretnya ke tengah lautan.

Sebelumnya, Nyai Roro Kidul adalah seorang wanita yang sangat cantik, dia adalah putri dari raja di Kerajaan Sunda. Karena kebencian ibu tirinya, lantas ibu tirinya memfitnah Roro Kidul yang menyebabkan Roro Kidul diusir ayahnya.

Tak mau kecolongan, seberapa kali mengunjungi Pantai Pelabuhan Ratu yang berlokasi di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, setidaknya saya selalu ingat dan tidak mengenakan baju hijau.

Dalam kunjungan ke Pelabuhan Ratu itu saya juga sempat masuk ke Samudera Beach Hotel yang terletak di pinggir pantai. Dari total kamar yang ada di Samudera Beach Hotel itu, ada satu kamar yang tidak boleh ditempati tamu hotel.

Kamar nomor 308 disediakan khusus untuk Kanjeng Nyai Roro Kidul. Di situ ada lukisan Sang Penguasa Pantai Selatan dengan sejumlah kemenyan dan sesajen untuk Sang Nyai.

Kemarahan Sang Nyai dengan menyeret seseorang dari pinggir pantai ke lautan ternyata seiring sejalan dengan ilmu pengetahuan.

Seperti diketahui gelombang yang datang dari tengah lautan ke pantai akan berbalik lagi ke tengah lautan, itu adalah apa yang disebut dengan "Rip Current", alias arus balik atau arus pecah.

Rip Current yang terjadi di pantai selatan ini sangat berbahaya dan mematikan. Di pantai selatan Jawa sering terjadi. Sebagai perbandingan, usla.org. melaporkan Rip Current di Amerika Serikat telah menelan korban lebih dari 100 orang tewas setiap tahunnya.

Besarnya Rip Current ditentukan dari beberapa faktor ini, yaitu angin, durasi angin, dan area pembangkit ombak (fetch).

Fetch di pantai selatan ini mencapai area 1.500 kilometer yang berhadapan dengan Samudera Hindia. Bandingkan dengan di Pantai Utara Jawa yang hanya 300-500 kilometer dari wilayah Pulau Kalimantan.

Gelombang laut yang menuju ke pantai, lalu berbalik ke tengah lautan melalui arus sempit seluas sembilan meter. Speed (kecepatan) arus balik ini bisa mencapai 8 km per jam. Sangat kuat untuk menyeret seorang manusia dari pantai, terseret jauh dan sulit untuk ditemukan kembali.

Apalagi jika tubuh dalam keadaan panik, mereka yang terjebak arus Rip Current ini akan sulit untuk keluar dari zona. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah jangan panik dan jangan berenang melawan arus. Melawan arus justru dapat menguras tenaga dan membuatnya lebih berbahaya.

Tetaplah tenang sampai ombak di zona Rip Current mulai melemah. Berenang ke arah kanan atau kiri dengan memanfaatkan gelombang yang mengarah ke pantai.

Berteriak lah dan lambaikan tangan minta pertolongan agar penjaga pantai mendengar dan melihat teriakan dan lambaian tangan, supaya penjaga pantai dapat menolong.

Keberadaan mitologi Nyai Roro Kidul sebagai penguasa Pantai Selatan dalam sejarahnya tenyata berdampak kepada perubahan politik dan sosial dan ditakuti bahkan oleh para raja-raja di era kerajaan-kerajaan di Jawa.

Seperti diketahui, Majapahit adalah sebuah kerajaan besar yang kekuasaannya mencakup seluruh wilayah yang disebut dengan Indonesia sekarang ini, ditambah dengan Asia Selatan seperti Malaysia, Singapura, Filipina, bahkan sampai ke Madagaskar di Afrika Timur.

Lantas timbul pertanyaan, mengapa Madagaskar yang sangat jauh dari pusat dapat diinvasi oleh Majapahit, sedangkan Australia yang dekat tidak? Salah satu sebabnya adalah karena Majapahit takut kepada Nyai Roro Kidul, penguasa Pantai Selatan.

Penguasa Mataram, Pangeran Senopati, bahkan disebut-sebut dalam Serat Babad Tanah Jawi pernah melakukan Tapa Brata di Pantai Parangtritis (kawasan pesisir Yogyakarta) untuk membuat kesepakatan dengan Nyai Roro Kidul.

Kawasan pesisir Yogyakarta ini dikenal luas sebagai tempat yang paling berbahaya dan menelan banyak korban setiap tahunnya. Masyarakat Jawa lantas mengasosiasikan kejadian itu dengan mistis, adanya penguasa Pantai Selatan Nyai Roro Kidul.

Pada saat liburan panjang bulan Oktober 2020 lalu, sempat saya baca laporan dari media online jika di beberapa titik tertentu di pantai Pelabuhan Ratu sempat dipasang peringatan akan datangnya gelombang pasang. Para wisatawan yang ke sana diminta agar waspada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun