Seakan tak rela "Si Anak Hilang" lepas dari cengkeraman, militer Indonesia dengan bantuan dari milisi Anti Kemerdekaan Timor Timur masih ingin mempertahankan Bumi Lorosae sebagai propinsi mereka yang ke 27.
Kopassus dan milisi Anti Kemerdekaan Timor Timur pun mengadakan genosida besar-besaran dan sekitar 300 ribu orang terpaksa mengungsi ke wilayah Timor Barat. Banyak infrastruktur yang hancur dan berantakan.
Untuk mengakhiri kekerasan, PBB membentuk INTERFET (Angkatan Udara Internasional Untuk Timor Timur). Mereka terdiri dari 20 negara anggota PBB seperti dari Inggris, Selandia Baru, dan Australia.
Datangnya mereka, mau tak mau harus berhadapan dengan Kopassus. Nyaris terjadi bentrokan berdarah antara militer Indonesia yang dibantu milisi Pro-Indonesia dengan Interfet, terutama pasukan Australia.
Komandan pasukan Indonesia Letjen Kiki Syahnakri mewanti-wanti agar menghindari bentrokan berdarah, padahal sedikit saja terjadi gesekan, perang terbuka antara Indonesia dan Australia tak terhindarkan lagi.
Perdana Menteri Australia saat itu John Howard mengklaim jika Australia sangat berperan bagi kemerdekaan Timor Timur. Setelah diterjunkannya Interfet, 3 tahun kemudian, Timor Timur resmi diakui sebagai sebuah negara pada 20 Mei 2002.
Sejak itu namanya berubah menjadi Timor Leste (Leste berasal dari Bahasa Portugis).
Nah, itulah yang diledek Malaysia, Timor Timur koq bisa lepas begitu saja dari bagian Indonesia? Mereka menyindir Presiden ke 3 RI BJ Habibie yang sengaja melepaskan Bumi Lorosae.
Bukan hanya sampai disitu, kecurangan Malaysia juga terlihat dari sikap mereka yang menuduh Islam di Indonesia identik dengan sekularisme. Menurut mereka, Islam tidaklah cocok dengan hal-hal seperti itu.
Negeri Jiran menganggap sejumlah cendekiawan Muslim Indonesia seperti Abdurahman Wahid (Gus Dur), Harun Nasution, dan Nurcholish Madjid (Cak Nur) berbahaya karena mereka cenderung menyesatkan Muslim Melayu.
Malaysia memandang Indonesia sebagai ancaman, dimana Indonesia adalah negara yang besar dalam agama dan politik.