Keris buatan Empu Gandring itu luar biasa. Bahkan penguasa Tumapel, Tunggul Ametung, yang konon mempunyai kekebalan, dapat dikalahkan oleh keris buatan Empu Gandring.
Penemuan batu meteorit di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara itu membuka ingatan kepada masa lalu, ketika benda-benda langit itu pernah jatuh juga di kawasan Prambanan, Jawa Tengah.
Wakil Pengageng Sasana Wilapa Keraton Solo, KRA Dany Narsugama, mengatakan batu-batu meteorit berukuran besar pernah jatuh di wilayah Prambanan di sekitar tahun 1700. Benda-benda tersebut pecah menjadi beberapa bagian, bagian besar dan bagian kecil.
Pecahan-pecahan tersebut lalu dibawa ke Keraton Solo. Peristiwa ini terjadi pada masa Raja Pakubowono ke 3.
KRA Narsugama menceritakan lokasi jatuhnya batu-batu itu di sekitar Prambanan, banyak dikunjungi masyarakat untuk mencari pecahan-pecahan kecil yang nantinya digunakan untuk pembuatan keris. Sedangkan "Kiai Pamor" digunakan sebagai bahan baku pembuatan keris khusus untuk Keraton Solo.
"Kiai Pamor" adalah pecahan-pecahan batu yang besar-besar.
Sebelum dibentuk menjadi keris, "Kiai Pamor" disakralkan bahkan dibuatkan cungkup untuk menyimpan "Kiai Pamor" pada masa pemerintahan Raja Keraton Solo Pakubowono ke 9.
KRA Narsugama juga menjelaskan meteorit yang jatuh di sekitar Prambanan itu mengandung unsur-unsur logam yaitu niobium, titanium, besi, dan kapur. "Dengan unsur-unsur tersebut maka warna keris menjadi lebih cemerlang," tuturnya.
KRA Narsugama menjelaskan apa yang ditemukan di Tapanuli Tengah pada 1 Agustus lalu tidak mengandung logam.
"Yang biasa dipakai untuk membuat keris adalah yang iron meteorit (mengandung logam)," jelasnya.
Josua Hutagalung, sang penemu batu meteorit itu menjelaskan alasannya mengapa dia menjual batu-batu itu. Menurutnya, daripada disimpan terus, Josua pun takut batu itu dimainkan anak-anak atau dicuri orang.