Ternyata di tim berjuluk The Lily Whites inilah performanya kelihatan cemerlang, sehingga dia terus mendapat perhatian dari Timnas Tiga Singa. Bahkan pada saat itu, dia terpilih sebagai pemain terbaik versi suporter musim 2011/12.
Pasang gelombang kehidupan bergejolak, ketidakberuntungan kembali menghampirinya, akibat cedera yang kerap menderanya.
Kariernya di lapangan hijau tertutup oleh sinarnya Frank Lampard. Oleh karenanya, dia memutuskan untuk gantung sepatu pada tahun 2017.
Musim lalu, ketika Liga Inggris tinggal menyisakan 10 laga akhir, Parker naik pangkat menjadi manajer dari semula hanya sebagai asisten manajer.
Tugasnya adalah menyelamatkan Fulham dari jurang degradasi Liga Inggris. Ketika dia diangkat menjadi manajer (Pebruari 2019), Fulham berada di ke 19.
Nasib baik belum menghampirinya, Fulham FC dipastikan tersingkir ke kasta kedua Liga Inggris, setelah dia memimpin laga ke 5 nya sebagai manajer, karena Fulham kalah 1-4 dari Watford.
Uniknya, pada tiga laga pamungkas hingga penutupan musim, Fulham yang ditanganinya mencatat tiga kemenangan beruntun. Bukan itu saja, mereka juga mencatat clean sheet.
Cukup trenyuh, beberapa penonton masih ada yang ingat, betapa Parker berjalan mengelilingi stadion di laga terakhirnya (kandang) mendekati suporter, kendati mereka tahu mereka sudah terdegradasi, namun para suporter masih tetap loyal.
Menarik untuk disaksikan, apakah dengan naik promosinya, Fulham akan mempergunakan kesempatan ini untuk mengeluarkan lebih banyak uang membeli para pemain baru?
Selamat untuk Fulham FC.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H