Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Soal Wacana Pelonggaran PSBB, Ini Warning Didiek J Rachbini

21 Mei 2020   09:01 Diperbarui: 21 Mei 2020   09:03 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kurva lockdown (news.okezone.com)


Mengintip data dari ECV (Endcoronavirus), Ekonom yang sekaligus pendiri INDEF (Institute for Development of Economics and Finance), Didiek J Rachbini, mengatakan kesuksesan pelaksanaan PPSB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di Indonesia merupakan yang terburuk ketimbang negara-negara ASEAN lainnya.

Dibandingkan negara-negara seperti Vietnam, Malaysia, Thailand, Kamboja, dan Singapura, hanya Indonesia saja yang kurva nya menanjak dengan tidak ada penurunan yang signifikan.

Didiek mengatakan dengan melihat fakta dan kurva yang semakin menanjak, bagaimana rencana pelonggaran akan dilakukan?

Menurut dosen sekaligus politikus Partai Amanat Nasional itu pelanggaran terhadap PPSB masih kerap banyak dilakukan dengan tidak mampu diatur dengan tertib oleh pemerintah.

ECV yang dimulai sejak Pebruari 2019 dan berinduk di NECSI (New England Complex Systems Institute) di Cambridge tersebut didukung oleh 4.000 sukarelawan yang terdiri dari individu, businessman, warga yang peduli, organisasi masyarakat, dan ilmuwan.

Didiek berpendapat persoalan itu terjadi karena pemerintah menjadikan dirinya masalah yang kedua ketimbang masalah korona itu sendiri.

"Pemerintah masuk ke dalam bagian dari masalah itu sendiri, pemerintah tidak menjadi bagian dari solusi," kata anggota DPR RI periode 2004-2009  itu.

Lebih lanjut pria kelahiran Pamekasan, 2 September 1960 itu menilai komunikasi pemerintah dalam rangka penanganan virus Covid-19 ini kacau balau. 

Pada Senin (18/5/2020) Muhadjir Effendy, Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan memang mengatakan pemerintah saat ini tengah mengkaji pelonggaran PPSB guna percepatan penanggulangan korona.

Wacana tersebut menimbulkan pro dan kontra. Didiek mengkritik wacana tersebut. Menurutnya kebijakan itu sama saja membawa masyarakat Indonesia ke jurang yang berbahaya.

Pasar di Jakarta

Terlebih menjelang tibanya Idul Fitri 1 Syawal 1441 Hijriyah ini, semakin pasrah dan terserahnya masyarakat kepada kondisi yang ada, masyarakat nekad berkerumun di pasar-pasar yang menjual aneka keperluan lebaran.

Seperti biasanya, produk-produk yang paling diincar warga untuk Lebaran adalah pakaian baru.

Dan itu terjadi bukan saja di ibukota Jakarta, tetapi juga pelosok.

Kendati masih dalam kondisi PPSB, pasar Tanah Abang di Jakarta masih saja tetap ramai oleh pedagang dan pembeli.

Camat Tanah Abang, Yassin Pasaribu, bahkan mengatakan mereka yang belanja di pasar yang berlokasi di Jakarta Pusat itu mayoritas (hampir 80 persen) berasal dari luar Jakarta.

Menurut Yassin, mungkin disebabkan adanya pelonggaran transportasi, kondisi Tanah Abang semakin tidak terkendali. 

Pengunjung datang dengan menggunakan kereta api atau kendaraan umum.

"Hari Jum'at kondisi masih terkendali, tetapi mulai Sabtu (15/5/2020) mulai ramai tidak terkendali," kata Yassin.

Yassin mengatakan pihaknya melakukan operasi dua kali sehari, pagi dan siang. Sudah ada lebih dari 100 orang yang sudah diberikan surat teguran.

Kendati sudah mengerahkan 60 Satpol-PP serta 20 relawan warga dan TNI-Polri, akan tetapi setelah petugas sedang tidak berjaga di lokasi para pedagang kembali menghampar jualannya.

"Untuk merayakan Lebaran mereka nekat dan tidak takut korona,". Yassin juga mengatakan jumlah petugas tidak seimbang dengan para penjual.

Untuk mengantisipasi adanya keributan dengan warga, Yassin mengaku tidak dapat bertindak tegas namun pihaknya tetap menghimbau dan persuasif.

Walau hingga Minggu (17/5/2020) blok-blok yang ada di pasar Tanah Abang belum dibuka, akan tetapi para pedagang dan PKL mulai memadati trotoar di sana dengan mayoritas berjualan pakaian.

Dalam masa PPSB ini mereka bahkan berani kucing-kucingan dengan para petugas.

"Para PKL (Pedagang Kali Lima) mulai menggelar lapaknya sejak beberapa hari lalu. Pembelinya tukang angkat barang, karyawan, dan buruh," tutur Yassin.

Senada dengan Yassin, Kasatpol PP DKI Jakarta Arifin, mengatakan di tempat lain para pedagang juga kucing-kucingan dengan para petugas. 

Setidaknya ada tiga tiga titik tempat di Jakarta yang nekat menggelar pasar malam, masing-masing di Johar Baru, Jalan Percetakan Negara (Jakarta Pusat), dan area Perkampungan Industri Kecil (Pulo Gadung).

Inilah yang diminta Didiek agar Presiden Jokowi berhati-hati karena bukan tidak mungkin karena adanya komunikasi yang salah kaprah tentang penanganan Covid-19 ini akan menelan korban yang lebih banyak lagi dari yang sekarang.

"Sejak awal sudah setengah hati dan hasilnya sangat jauh dari berhasil, kurva pun semakin meningkat," ujar Didiek.

Diusung Partai Keadilan Sejahtera, pada tahun 2012 Didiek mendampingi Hidayat Nur Wahid maju dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta.

Dalam pendidikan, suami dari Dr. Ir. Yuli Retnani dan ayah dari tiga anak itu mendapat gelar S1 dari Institut Pertanian Bogor 1983.

Didiek juga memperoleh gelar S2 M.Sc (1988) dan S3 Ph.D (1991) dari Central Luzon State University Filipina.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun