Tahun 2020 merupakan tahun yang penuh harap-harap cemas bagi PBSI dan bulutangkis Indonesia, pasalnya tahun ini ada pagelaran Olimpiade.
Para pebulutangkis Indonesia sebelum 2020, menorehkan berbagai prestasi yang membanggakan, tapi inilah turnamen yang paling bergengsi dan paling membanggakan terakbar, Indonesia harus mempertahankan tradisi memperoleh medali emas di Olimpiade.
Berharap, Indonesia tetap eksis di nomor ganda putra. Kita punya tiga ganda putra yang memenuhi syarat ikut di Olimpiade.
Masih tersisa delapan turnamen lagi yang memperhitungkan poin Olimpiade (yang terakhir adalah pada Kejuaraan Asia, April 2020). Yang harus dimaksimalkan adalah meloloskan dua tunggal putri. Saat ini, baru Gregoria Mariska Tunjung yang berperingkat terbaik di Indonesia, yaitu 14 dunia.
Adapun untuk dapat lolos, sektor tunggal minimal harus berperingkat 16 dunia.
Dua terbaik Indonesia lainnya masih diluar 16, yaitu Fitriyani di peringkat ke 18 dan Ruselli Hartawan di ke 23.
Untuk itu, PBSI menugaskan Fitriyani dan Ruselli untuk menyusul Gregoria, dan tentu saja Gregoria pun harus mempertahankan agar tidak keluar dari 16.
Dari ke 8 turnamen yang masih tersisa itu, 3 di antaranya ada pada bulan Januari ini, yaitu Thailand Masters, Indonesia Masters dan Malaysia Masters (yang kini sedang berlangsung).
"Menuju ke 16 kan tidak jauh, kalau bisa dua, kenapa tidak? Harus dimaksimalkan," ujar Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PB PBSI Susy Susanti.
Susy mencontohkan pada 2016, ganda campuran Praveen Jordan/Debby Susanto pernah digenjot PBSI dan lolos ke Olimpiade Rio de Janeiro.
Sementara itu, upaya PBSI untuk meloloskan dua wakil di nomor ganda putri nampaknya sulit diwujudkan. Saat ini yang konsisten berada di 8 besar hanyalah Greysia Polii/Apriyani Rahayu.