Sebelumnya, maestro lukis Jeihan sempat dirawat di rumah sakit dan kondisinya kritis. Pada Jum'at (14/11/2019), Atasi Amin, salah seorang anak dari Jeihan, mengatakan bahwa ayahnya sudah menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Borromeus Bandung.
Menurut putra sulung Jeihan tersebut, selama menjalani perawatan kondisi ayahnya terus drop, dan aliran darah Jeihan sudah tidak berfungsi dengan semestinya.
"Bapak awalnya kanker, sudah lima bulan terakhir keluar masuk rumah sakit. Sekarang menjalar kemana-mana, ke saluran cerna yang berdarah dan gangguan ginjal. Ini yang paling lama dirawatnya," ujar Amin.
Dokter-dokter di rumah sakit sudah angkat tangan pada kondisi penyakit sang maestro. Tubuh Jeihan sudah tidak bisa menerima infus dan Jeihan sama sekali tidak bisa berkomunikasi lagi. Oleh karenanya, Jeihan dibawa pulang.
Tidak kuasa menahan derita, akhirnya Jeihan Sukmantoro pun menghembuskan nafas terakhirnya di studio lukis milik "sang pelukis mata hitam" di Jalan Padasuka, Bandung, pada pukul 18.16 WIB, Jum'at (29/11/2019).
Maestro lukis yang meninggal pada usianya yang ke 81 itu, selama hidupnya dikenal sebagai "sang pelukis mata hitam".
Dalam lukisannya, Jeihan selalu melukis figur bermata hitam
Kapan awal mula dan apa makna dari "mata hitam" sang pelukis, yang olehnya Jeihan dikenal hingga ke dunia internasional?
Lukisan mata hitam ini bermula ketika Jeihan kuliah di ITB (Institut Teknologi Bandung) pada tahun 1963. Ia melukis dirinya sendiri dengan "mata yang dihitamkan" dan diberinya judul "Aku".
Dua tahun berselang, Jeihan melukis seorang gadis, bermata hitam. Setelah itu, hingga masa tuanya, Jeihan selalu melukis obyek dengan mata yang dihitamkan.
Seperti diketahui, pada era 1960an, situasi politik Indonesia yang baru merdeka, dinaungi oleh kegelapan, banyak terjadi perang saudara serta kebencian di antara sesama bangsa Indonesia.