Uniknya, dua kemenangan Leo/Marthin itu didapatkan beruntun, pertemuan terakhir Leo/Marthin menang atas Zijian/Chang. Mereka bertemu di Kejuaraan Asia Yunior 2019 lalu, Leo/Marthin menang, juara.
Kalau di ganda putra senior sudah kerap Indonesia juara, di yunior pencapaian juara Leo/Marthin kali ini untuk kedua kalinya, setelah pada 1992, Budi Santoso/Kusno juara dunia yunior.Â
Nomor lainnya, Kunlavut Vitidsarn juara di tunggal putra setelah mengalahkan Christo Popov dari Perancis dengan skor 21-18 21-11.
Dengan demikian, Kunlavut menyamai rekor rekan senegaranya asal Thailand, Ratchanok Intanon (tunggal putri) yang meraih juara dunia tiga kali beruntun.
Apabila Kunlavut juara pada 2017, 2018, dan 2019, Intanon juara pada 2008, 2010, dan 2011.
Sementara itu, Jepang kebagian satu medali emas dari nomor tunggal putri. Di final, Riko Gunji mengalahkan Zhou Meng (unggulan ke 2 asal Cina) dengan skor 21-13, 12-21, dan 21-14.
Sebelumnya, negeri matahari terbit juara di nomor ini pada tahun 2013 dan 2014 dari Akane Yamaguchi, dan 2012 dari Nozomi Okuhara.
Dengan demikian, dari World Junior Championship 2019 Kazan, Rusia ini, selain membawa pulang satu medali emas, dua perak, dan satu perunggu (Yonathan Ramlie tunggal putra) di nomor individu, Indonesia juga membawa pulang Piala Suhandinata untuk pertama kalinya dalam sejak perhelatan itu diselenggarakan pada tahun 2000.
Suhandinata atau Suharso Suhandinata adalah orang Indonesia yang namanya diabadikan "Suhandinata Cup", lambang supremasi bulutangkis beregu campuran yunior.
Piala Suhandinata mulai diperebutkan sejak tahun 2019.
Selain Indonesia yang juara edisi 2019 Kazan, Rusia, negara lain yang pernah menjuarai trofi ini adalah Cina 13 kali, Korea Selatan 2 kali, dan Malaysia 1 kali.