Sementara Wakil Ketua DPR Fadli Zon sudah mempunyai bukti tentang adanya penggunaan peluru tajam dalam gelaran aksi. Untuk itu Fadli mendesak tim pencari fakta segera mengusut tuntas kasus ini. Tragedi berdarah ini sudah seharusnya diusut tuntas.
Sementara itu, tudingan yang dilaporkan oleh sekelompok orang yang menamakan dirinya Rembug Nasional 98 kepada polisi soal keterlibatan beberapa aktor dalang kerusuhan 22 Mei, ditanggapi oleh Titiek Soeharto. Titiek Soeharto tak ambil pusing mengenai laporan tersebut.
"Ga peduli, mau anggap saya dalang? Terserah," katanya di Mesjid At-Tin, Kamis (30/5).
Selain Titiek Soeharto, Rembug Nasional 98 juga melaporkan dalang aksi lainnya, di antaranya adalah Fadli Zon, Amien Rais, Kivlan Zen, Neno Warisman, dan Prabowo Subianto.
Sementara itu titik terang mulai terkuak siapa yang menjadi penyandang dana aksi 22 Mei. IPW (Indonesia Police Watch) mendapat laporan tentang seseorang berinisial HM yang menjadi satu dari tiga orang penyandang dana aksi 22 Mei. HM adalah tokoh partai keagamaan sekaligus seorang pengusaha.
Dalam hal ini, Ketua Presidium IPW Neta S Pane mengemukakan kepada media, Jum'at (31/5/2019), "Polisi sudah punya dua alat bukti keterlibatan HM," ujarnya.
Untuk itu menurutnya, polisi harus segera bertindak agar penyandang dana lainnya dapat juga segera terungkap.
Neta menjelaskan, HM memberikan Rp 150 juta kepada seseorang bernama K. Oleh K, uang itu diberikan kepada HK. Nah, HK inilah yang diperintahkan untuk melakukan pembunuhan kepada sejumlah petinggi negara ketika aksi 22 Mei.
HM juga memberikan dana Rp 55 juta kepada TJ dengan perintah untuk membunuh empat tokoh nasional dan seorang pimpinan LSI.
Dua tersangka penyandang dana lainnya masih didalami aparat kepolisian.
Menurut Neta, para penyandang dana itu mendatangkan sejumlah massa yang akan merusuh dari Surabaya dengan menggunakan pesawat. Massa lainnya didatangkan mereka juga dari sekitar kawasan Tanah Abang dan Tangerang.