keamanan nasional," kata Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara di Jakarta.
"Mohon maaf, korban 2-3 hari. Ini semata-mata demiRudiantara meminta bersabar sampai situasi sudah kondusif lagi. Semua terdampak dengan diblokirnya untuk sementara layanan akses ke media sosial. Di antaranya WhatsApp.
Bahkan, Rudiantara sendiri terganggu dengan penghentian layanan akses tersebut.
Akibat adanya aksi penolakan hasil Pilpres 2019, Menkominfo memberhentikan untuk sementara dan sampai menunggu situasi kondusif lagi akses layanan ke media sosial dan aplikasi WhatsApp. Hal itu dimaksudkan agar tidak terjadi pengiriman gambar atau video yang berdasarkan fakta yang tidak benar, alias hoaks.
Aksi kerusuhan juga sempat memunculkan beberapa hoaks, di antaranya hoaks yang disebarkan oleh SDA (59 tahun). SDA mengatakan bahwa ada anggota polri, dalam hal ini dari Brimob, yang merupakan warga negara Cina.
Viral di WhatsApp terjadi setelah beredar foto seorang pengunjuk rasa berlatar belakang tiga anggota Brimob Polri yang mana wajahnya mengenakan penutup muka sehingga mukanya tidak terlihat, hanya matanya saja. Lantas foto itu dibumbui oleh SDA dengan kata-kata bahwa Polri telah mengijinkan polisi dari Cina untuk turut menjaga keamanan aksi unjuk rasa.
Dari tayangan televisi, dua dari tiga anggota Brimob Polri bersaksi. Briptu Benuh Habib dan Briptu Raja Hiskia Rambe memperlihatkan dan membuktikan kalau kedua mereka adalah warga negara asli Indonesia. Bukan Cina. Seperti yang dihoals oleh SDA.
SDA sendiri ditangkap di Bekasi, Jawa Barat pada Kamis (23/5/2019). SDA menyebarkan foto hasil swafoto peserta unjuk rasa, seorang pengunjuk rasa berlatar belakang tiga Brimob yang mukanya ditutup, ke 3-4 Grup WhatsApp. Sehingga foto dan informasi polisi asal Cina beredar luas di media sosial.
Dalam tayangan televisi, SDA mengungkapkan bahwa dia khilaf. SDA mengatakan bahwa dia memperoleh informasi itu dari seseorang, lalu meneruskannya. "Saya dengan ini meminta maaf kepada seluruh masyarakat," ujarnya.
Sementara itu, tentang viral rekaman video yang berisi peristiwa pemukulan oleh seorang anggota polisi terhadap seorang remaja, polisi dalam hal ini akan melakukan investigasi. Setelah selesai investigasi, maka Polri nanti akan memberikan keterangan kepada publik.
Video pemukulan polisi kepada seorang remaja itu disebut sebagai salah satu korban tewas aksi rusuh 22 Mei di Jakarta. Seperti diketahui ada 8 orang yang meninggal terkait demo.