Tepat pada tanggal 10 Maret 1997, Kota Bekasi resmi menyandang kotamadya. Dan dengan status otonom itu, tentu wilayah ini menjadi terpisah dari Kabupaten Bekasi. Sebelumnya, Kota Bekasi berstatus kecamatan, lalu menjadi kota administratif pada tahun 1982 di bawah Kabupaten Bekasi. Karena perkembangannya yang signifikan, statusnya lantas dinaikkan menjadi kotamadya.
Perkembangan Kota Bekasi sebenarnya sudah terlihat semenjak masih menjadi bagian dari Kabupaten Bekasi. Indikasinya tampak dari laju pertumbuhan penduduk akibat migrasi dari daerah-daerah lain, serta adanya permukiman yang kian bertambah banyak. Daerah yang berada dalam lingkup megapolitan Jabotabek ini pun terus tumbuh menjadi kota besar. Bahkan dinilai sebagai kota besar urutan keempat yang berada di Provinsi Jawa Barat.
Sampai kini, pertumbuhan kota Bekasi lebih menonjol pada sektor properti, khususnya perumahan. Namun demikian, kegiatan ekonominya justru didominasi oleh industri. Ada ratusan industri besar dan sedang yang mayoritas bergerak di sektor pengolahan, tekstil, serta pembuatan barang dari logam mesin, beroperasi di Kota Bekasi.
Itulah gairah Kota Bekasi, menjadi kota pilihan sebagai kawasan industri dan tempat tinggal kaum urban. Sejumlah fakta pun telah banyak ditulis dan diperbincangkan sehubungan dengan itu. Salah satu kota satelit penyangga Jakarta ini ternyata dinilai cukup menarik oleh banyak kalangan.
Lokasinya yang berada di sebelah timur Jakarta berbatasan dengan Jakarta Timur, lalu Kabupaten Bogor di selatan, dan Kota Depok di sebelah barat daya, menjadi sebuah keuntungan tersendiri. Dengan letak lokasi yang demikian, membuat Kota Patriot ini berada di persimpangan dan menjadi titik sejumlah pusat ekonomi.
Kota berpenduduk 2,6 juta jiwa ini memiliki luas wilayah 210,49 km2. Dari luas itu, paling tidak separuhnya sudah efektif sebagai kawasan perkotaan. Perkembangan kotanya sekitar 90 persen didominasi kawasan perumahan. Sedangkan kawasan industrinya menempati 4 persen wilayahnya, 3 persen untuk perdagangan, dan sisanya bangunan lain.
Banyak pakar properti dan pengusaha yang memberikan pandangannya tentang Bekasi sebagai salah satu kota dengan potensi terbaik di Jabodetabek. Dari catatan mereka, meski hanya menempati sebagian wilayahnya, namun di Kota Bekasi menarik sebagai lokasi pengembangan perindustrian.
Tak ayal, pesatnya sektor industri pun membuat Kota Bekasi menjadi basis industri nasional yang banyak menyerap tenaga kerja. Kontribusi perekonomiannya berada pada level nasional. Kawasan industri Cikarang dan Jababeka saja, sudah menjadi rumah bagi pabrik-pabrik merek ternama, seperti Bridgestone, Honda, Coca-Cola, Danone Unilever, atau juga Panasonic.
Selain industri, banyak investor yang juga memilih Kota Bekasi untuk mengembangkan kawasan hunian. Banyak kawasan hunian terpadu yang dibangun oleh pengembang berskala nasional, seperti Gunas Land, Sumarecon, Agung Sedayu, Lippo, hingga Adhi Karya, dan lainnya. Bahkan, Bekasi belakangan juga marak dengan pembangunan apartemen dengan beragam segmen, mulai dari pekerja asing hingga karyawan industri.
Pertumbuhan industri serta kawasan hunian, sebenarnya telah mengindikasikan potensi kota tersebut. Menurut Walikota Bekasi, Rahmat Effendi, visi menjual jasa dan perdagangan sebenarnya telah digariskan sejak tahun 2009. Dengan pembangunan di sektor itu, ia pun menargetkan Kota Bekasi bisa menyerap 50.000 tenaga kerja hingga selama 2018.
Dengan perkembangan yang kian hari terus melaju itu, sudah pasti Kota Bekasi menjadi kota yang padat dan super sibuk. Karena itulah, kini pemerintah setempat sendiri mengebut pembangunan infrastruktur. Tak lain, tujuannya agar pembangunan lebih merata di 12 kecamatan dan 56 kelurahan hingga perekonomian pun bisa semakin hidup di sana.