Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cerpen| Seberapa Berat, Nduk, Hingga Kau Tak Bisa Mentolerirnya Lagi?

6 Februari 2018   11:52 Diperbarui: 6 Februari 2018   12:27 1435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://kaltim.antaranews.com

"Saya Toto. Lengkapnya, Toto Suryono Prayogo," seorang pria berpenampilan modis tersenyum ramah padaku. Dari pakaian dan penampilannya yang berkelas, kelihatan dia berasal dari keluarga mapan dan berkedudukan.

"Yati. Lengkapnya, Trembesiyati," balasku sambil tersenyum malu-malu.

Toto terbelalak kaget sambil tersenyum geli. "Namamu unik sekali, mirip nama pohon kyai-nya hujan."

"Memang. Trembesiyati adalah nama pemberian bapakku yang sangat senang merawat pohon. Tak heran bila bapakku dijuluki Bapaknya Pohon oleh warga."

"Oh ya? aku jadi penasaran ingin bertemu bapakmu. Boleh kapan-kapan aku main ke rumah?" tanya Toto sambil kembali melempar senyum.

Aku tersanjung mendengar permintaan lelaki yang penampilannya mirip artis Korea itu. Tubuhnya tinggi dan terlihat sempurna dengan warna kulit seputih beras. Matanya bulat hitam dan alisnya tebal dan indah.

Tanpa menunggu, aku pun mengangguk sambil memasang senyum semanis mungkin.

Tak ingin lebih lama lagi larut dalam kenangan yang menguras air mata, aku beranjak ke kebun belakang dan memanjat pohon jambu biji kristal.

Jambu biji kristal manis adalah kesukaanku karena tak banyak bijinya. Bibitnya sendiri bapak dapatkan saat pergi ke Mekarsari. Aku memetiknya dan memakannya dengan pikiran yang menerawang. Bapak hanya tersenyum menatapku dari balik jendela dapur.

Mungkin kali ini bapak akan mempertimbangkannya, bila tahu alasan sebenarnya, batinku. Akhirnya, aku turun dari pohon jambu dan mendekati bapak yang datang menyusul ke kebun.

"Begitu beratkah kesalahan suamimu? Seberapa berat, Nduk, hingga kau tak bisa mentolerirnya lagi?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun