Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cerpen| Seberapa Berat, Nduk, Hingga Kau Tak Bisa Mentolerirnya Lagi?

6 Februari 2018   11:52 Diperbarui: 6 Februari 2018   12:27 1435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://kaltim.antaranews.com

Meskipun rumah mereka tidak terletak di daerah perumahan, tapi bapak tidak ingin warga sekitar kekurangan air. Sebagai gantinya, bapak hanya ingin menanam pohon kenari ataupun asam jawa, yang memang mempunyai perakaran dalam dengan tajuk yang tidak terlalu lebar, namun cukup memberi keteduhan tanpa merusak badan jalan.

"Assalamualaikum..."

"Waalaikumsalam. Tumben, tidak bersama Toto?" tanya bapak heran.

"Yati ingin menggugat cerai mas Toto, pak," jawabku spontan sambil mendudukkan pantat di kursi rotan.

"Lho, lho, kok datang tiba-tiba mau ngomong cerai. Apa sudah kamu pikirkan mateng-mateng, Nduk? Jangan gegabah mengambil keputusan soal perceraian. Meskipun dihalalkan, namun sangat dibenci oleh Tuhan," jawab bapak sambil membelai rambut hitam sebahuku.

"Yati sudah tidak tahan lagi, pak," ucapku sambil menahan air mata yang hendak mendesak keluar.

"Sabar, sabar, Nduk. Tenangkan dulu dirimu. Sebenarnya, masalahnya apa toh, sampai kamu ingin menggugat cerai suamimu?" bapak mencoba menenangkan emosiku yang memuncak ke ubun-ubun. Ia menyodorkan segelas infused water  kepadaku.

Aku masih enggan menjawab, dan lebih memilih menatap warna-warni bunga yang tumbuh di halaman samping rumah.

Tak bisakah mas Toto mencoba untuk setia seperti pohon? Pohon yang selalu tetap berdiri di tempatnya, dan setia dalam memberi kebaikan pada manusia dan kehidupan, melalui lewat udara segar berupa oksigen dan menabung air untuk kehidupan di dalam akarnya.

Tak ada jalan lain, aku harus segera angkat kaki dari rumah karena sudah tidak tahan. Aku meninggalkan mas Toto yang duduk tepekur seorang diri. Aku biarkan suamiku itu untuk memikirkan ulang rencana tak manusiawinya itu.

Perkenalan kami terjadi saat sama-sama bergabung dalam Laskar Hijau, sebuah komunitas yang memiliki misi mengajak manusia untuk kembali merawat Bumi dengan menjaga pohon-pohon tetap berseri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun