Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berbagi Kemesraan di Media Sosial

15 Januari 2018   10:25 Diperbarui: 15 Januari 2018   11:21 1104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tentu, mengunggah kemesraan dengan pasangan di dunia maya - baik yang sudah menikah maupun pacaran - memiliki plus minus tersendiri. Positifnya, seperti diungkapkan sebelumnya, adalah untuk mendapatkan pengakuan atau legitimasi sosial bahwa dirinya memiliki pasangan.

Negatifnya? Jane menilai, jika ada yang berlebihan memamerkan kemesraan, maka patut dicurigai bahwa ada sesuatu yang tidak beres di balik hubungan asmara tersebut.

"Ada sejumlah kasus di mana pasangan sangat mesra di media sosial, tapi setelah ditelusuri lebih lanjut, mereka mengalami KDRT atau kekerasan dalam hubungan," ungkap Jane dengan nada prihatin.

Jane mengingatkan, media sosial dan dunia maya menampilkan citra yang bisa dibentuk atau diciptakan sedemikian rupa. Tentu saja, ini bisa sangat berbeda dengan realita.

"Nah, ketika ada orang lain yang melihat realita hubungannya tidak seindah yang ditampilkan di media sosial, maka itu kembali ke citra diri si pasangan tersebut," tandas Jane.

Terlepas dari itu, dampak lain yang mungkin ditimbulkan adalah ketidaksepahaman atau pasangan yang justru tidak ingin hubungan asmaranya diekspos melalui media sosial. Satunya mengumbar, lainnya tidak.

Jane mengingatkan, dalam setiap relasi, yang diinginkan adalah kesetaraan di mana tidak ada satu pihak menguasai yang lain. Ketika si wanita mengunggah sementara si pria tidak suka, maka ini bisa menjadi masalah.

Memang, tampaknya belum banyak yang memahami bahwa dengan pamer kemesraan, risikonya bisa panjang. Dari seks bebas di masa pacaran, kekerasan dalam rumah tangga, sampai prostitusi, ini bisa ditiru anak muda yang melihat di media sosial.

Lebih jauh, Ika mengkritisi perilaku berlebihan dengan mengumbar kemesraan ini.

"Jika memang ingin menunjukkan kemesraan atau kasih sayang kepada pasangan, kenapa tidak langsung saja pada orangtuanya, mengapa harus lewat media sosial? Apalagi, kalau orangnya ada di sebelah Anda," tandas Ika.

Pertanyaan ini, menurut Ika, muncul bukan tanpa alasan. Terkadang, kebiasaan mengumbar cinta di media sosial justru bisa memicu keraguan pada pasangan, apakah kemesraan tersebut orisinil atau tidak, apakah ekspresi cintanya asli atau palsu belaka. Selalu ada orang yang kritis, yang mempertanyakan relasi sebenarnya seperti apa, apakah semesra dan seromantis di dunia maya, atau justru sebaliknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun