Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Penanganan Kondisi Spina Bifida pada Bayi Melalui Operasi Fetoskopik

4 Januari 2018   11:36 Diperbarui: 4 Januari 2018   11:45 2148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemajuan teknologi operasi kini memungkinkan janin yang mengalami spina bifida untuk dikoreksi sejak masih di dalam kandungan.

Apa itu spina bifida? 

Spina bifida adalah cacat lahir yang ditandai dengan terbentuknya celah atau defek pada tulang belakang dan sumsum tulang belakang bayi. Kelainan ini dipicu oleh pembentukan sumsum tulang belakang yang tidak sempurna pada bayi selama dalam kandungan, dan biasanya muncul sejak awal kehamilan, yakni minggu ketiga sampai keempat.

Bayi yang lahir dengan kondisi ini biasanya tidak bisa berjalan, mengalami penumpukan cairan di otak, kendali kandung kemih yang lemah, dan komplikasi lain. Sejak 1990-an, dokter telah melakukan operasi pada janin untuk memperbaiki kondisi tersebut.

Meski tidak menyembuhkan, prosedur itu setidaknya mengurangi keparahan disabilitas. Menurut studi, operasi prenatal meningkatkan persentase anak dengan spina bifida untuk berjalan mandiri, yakni dari 20 persen menjadi 40 persen.

Kini, Dr. Michael A. Belfort, kepala obstetri dan ginekologi di Baylor College of Medicine maupun Texas Children's Hospital, bersama Dr. William Whitehead, ahli bedah saraf pediatri, telah menguji teknik mutakhir untuk operasi prenatal tersebut.

Dalam operasi standar, dokter bedah membuka perut ibu dan rahimnya untuk mencapai janin. Namun, teknik operasi yang baru ini berbeda. Namanya: bedah fetoskopik, atau operasi pasien di dalam pasien.

Prosedurnya? Dokter membuka perut ibu, tapi tidak rahimnya. Sebaliknya, rahim akan diangkat keluar dan dimasukkan fetoskop. Kemudian, melalui irisan lain, masuklah alat bedah.

Para dokter lantas mengeluarkan cairan amniotik dari dalam rahim, dan memompa karbon dioksida untuk menjaga rahim tetap mengembang, memberi mereka ruang untuk bekerja lebih baik. Setelah janin diberi suntikan anestesi, dokter pun mulai mengoperasi dengan panduan layar video. Setelah selesai, dokter akan menggantikan cairan amniotik dengan larutan garam.

Untuk mengembangkan prosedur rumit ini, Dr. Belfort dan Dr. Whitehead menghabiskan dua tahun untuk berlatih menggunakan simulator yang mereka ciptakan: bola karet seukuran rahim pada 24 minggu kehamilan dengan boneka di dalamnya.

Jurnal Obstetrics and Gynecology melaporkan bahwa hasil 28 operasi fetoskopik pertama cukup baik. Yang pasti, prosedur ini juga lebih aman untuk ibu maupun janin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun