Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cinta Lokasi, Akankah Bertahan?

6 Oktober 2017   13:45 Diperbarui: 6 Oktober 2017   15:02 3459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: bisnis.liputan6.com

Cinta lokasi alias "cinlok" terasa akrab dalam keseharian kita lantaran tak sedikit orang yang mengalaminya. Jika Anda sedang mengalami "cinlok", mungkin Anda bertanya-tanya: akankah hal ini bertahan? Simak pendapat para psikolog.

"Lagi-lagi, artis A terlibat cinta lokasi. Kali ini, ia menjalin cinta dengan artis B, yang sedang menjadi lawan mainnya."

Itulah sekelumit isi acara infotainment yang saban hari berseliweran di televisi. Syuting sinetron stripping yang tayang setiap hari tak ayal membuat para artisnya berada di satu lokasi yang sama dalam waktu cukup lama, sehingga lumrah jika benih-benih cinta muncul.

Cinta lokasi tak hanya monopoli selebriti. Bagi sebagian besar kita yang kesehariannya dihabiskan di tempat kerja, profesi kita pun sama rentannya terhadap "cinlok", karena disana ada kesempatan untuk berinteraksi secara intens, baik dengan rekan kerja, pimpinan, atau bawahan.

Ardiningtyas Pitaloka, M.Si., Psi., staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas YARSI, mengemukakan bahwa fenomena cinta lokasi wajar terjadi, sewajar kisah roman anak SMA dalam satu sekolah.

"Dalam teori psikologi, rasa cinta, suka, atau ketertarikan pada orang lain memang dapat tumbuh karena adanya kedekatan, misalnya sering bertemu dalam satu lokasi," ujar psikolog yang akrab disapa Tyas ini.

Cinta lokasi seperti di kantor dapat terjadi karena salah satu faktor seperti seringnya berinteraksi, namun juga perpaduan beberapa alasan orang jatuh cinta seperti yang disebutkan tadi," kata Tyas.

Secara senada, Utami Widyanti, S.Psi., Psikolog, dari Catalyst Psy & HR Management Services, menilai bahwa cinta lokasi bermula dari kebersamaan dan keakraban dalam satu situasi. Tentunya, hal itu terjadi karena seringnya meluangkan waktu bersama karena merasa nyaman dan akrab.

"Seperti kata para ahli, cinta bisa muncul dimana saja, kapan saja. Bermula dari kedekatan, kemudian menjadi akrab dan menimbulkan daya tarik," papar psikolog yang akrab disapa Ami ini.

"Ini merupakan fenomena yang umum, bahwa semakin sering bersama, semakin banyak menemui kesamaan terhadap berbagai hal, maka semakin kuat daya tarik diantara dua pihak tersebut," ujar Ami.

Menurutnya, rasa suka, tertarik pada lawan jenis, atau cinta bersifat universal, tidak memandang tipe pribadi atau karakter, status sosial dan hal lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun