Investasi tanah (angkaberita.id)
Siapapun tanpa kecuali, alangkah baiknya jika kita punya uang lebih yang tersisa dikumpulkan lalu diinvestasikan.
Untuk apa punya uang yang tidak terpakai, jangan dihabiskan untuk konsumsi yang ujung-ujungnya malah menjadi penyesalan.
Survei literasi keuangan yang digelar tahun 2021 mendapatkan 80,1 persen orang Indonesia mengetahui produk keuangan.
Tingkat inklusi itu bermakna 80 persen orang Indonesia punya keinginan untuk membeli produk keuangan dalam bentuknya tabungan, deposito, reksadana, emas, tanah, dan sebagainya.
Namun cuma 39 persen di antaranya yang sepenuhnya paham produk keuangan tersebut. Ini dikenal dengan istilah tingkat literasi keuangan.
Sedangkan dari 120 orang Indonesia tingkat literasi pasar modal hanya 6 persen. Ini artinya dari 120 orang Indonesia hanya ada 6 orang yang sepenuhnya paham pasar modal.
Barangkali termasuk Anda?
Kasus ini bisa diambil contohnya. Mereka tertarik dengan manisnya produk keuangan setelah melihat iming-iming yang ditawarkan lewat internet.
Mereka berpikir produk itu hanyalah investasi yang cerah tanpa memikirkan risikonya.
Penulis keuangan dan jurnalis kompas.id, Joice Tauris Santi, mengatakan kondisi ketidaktahuan literasi keuangan itu sering terjadi pada orangtua.
Oleh karenanya kita perlu memberikan penjelasan kepada mereka. Menanyakan apakah mereka punya rencana keuangan. Apakah ketika mereka mempunyai uang dari dana pensiun akan berinvestasi atau berusaha.
"Orang-orang dulu" umumnya hanya tahu jika investasi itu dalam bentuk membeli tanah, emas, atau rumah.
Mereka belum tahu betul apa itu pasar uang, bagaimana cara kerjanya, dan sebagainya.
Menurut Joice Tauris Santi, kita dapat menjelaskan dengan jelas detail-detail dari investasi saham/pasar uang itu, keuntungan dan kerugiannya.
Setelah mereka mengerti, tanyakan produk mana yang ingin mereka beli.
Literasi keuangan yang dipahami orangtua misalnya emas atau deposito memang klop dengan literasi keuangan "milenial".
Pakar keuangan menyarankan agar milenial yang merasa dirugikan dengan tabungan dapat mengalihkan dananya ke investasi lainnya seperti reksadana, selain emas dan deposito.
Emas cenderung harganya naik di kemudian hari. Deposito berisiko aman dengan bunga yang lebih besar dari tabungan.
Sedangkan reksadana tingkat pengembaliannya lebih besar tanpa dipungut pajak.
Trending saat ini, bunga tabungan sangat kecil.
Bank-bank papan atas hanya memberikan bunga kurang dari 1 persen per tahunnya.
Itu pun untuk saldo di atas Rp 1 juta sampai miliaran rupiah.
Sedangkan saldo dibawah Rp 1 juta diberikan bunga 0 persen.
Rugi jadinya, apalagi tiap bulannya Bank membebani rekening seseorang dengan biaya administrasi atau biaya kartu ATM.
Bunganya juga dipotong pajak.
Setelah dikenalkan reksadana, mereka yang literasi keuangan nya rendah, maka perlu kita jelaskan yang lebih rumit seperti saham dan obligasi.
Namun mereka atau orangtua jangan dulu diperkenalkan dengan produk yang berisiko tinggi seperti bitcoin. Mereka akan sulit mengerti.
Selain itu sarankan pula dana investasi itu berasal dari "uang asli" artinya bukan berasal dari uang pinjaman.
Di atas dikatakan tingkat literasi pasar modal orang Indonesia hanya 6 orang per 120 penduduk.
Hal tersebut menandakan jika mekanisme pasar modal itu memang rumit dan kompleks.
Itulah alasan mengapa Santi tidak menyarankan memberikan penjelasan kepada orangtua tentang investasi yang berisiko tinggi.
Kita sendiri bingung ...
Memang jaman dulu sudah dikenal investasi yang lebih memberikan keuntungan yang lebih banyak dari tabungan seperti deposito, emas, rumah, atau tanah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H