Namun ada satu laporan yang menonjol dan menarik perhatian banyak orang.
Pada tahun 1923 seorang zoologi (ahli ilmu hewan) yang bernama Van Heerwarden menulis catatan bahwa dia bertemu dengan makhluk hitam rambutnya panjang tingginya seperti anak kecil berusia 3-4 tahun, tapi dengan wajah yang lebih tua.
"Tubuhnya dipenuhi bulu," tulisnya.
Van Heerwarden sadar bahwa makhluk itu bukanlah sejenis monyet, orangutan, siamang dan sejenisnya. Dia sadar makhluk-makhluk itu segera menjauh dan berlari menghindari dirinya.
Dari kesaksian Heerwarden diduga mahluk itu bukanlah hewan tapi manusia.
Dalam hal itu, Heerwarden tak habis pikir, makhluk-makhluk itu memegang tombak dan berjalan tegak.
Hal itulah yang membuat penasaran Heerwarden untuk mengetahui lebih lanjut, namun usaha mencari tahunya itu selalu tak membuahkan hasil.
Catatan Marcopolo tadi memancing para peneliti dari Eropa untuk datang ke Propinsi Jambi. Uhang Pandak ini masuk ke dalam salah studi Cryptozoology.
Ekspedisi pun dilakukan beberapa kali sekitar Gunung Kerinci, beberapa di antaranya dibiayai oleh National Geographic Society.
Namun sejak pertama kali mereka datang ke Taman Nasional Kerinci pada tahun 1990 hasil yang dicapai masih jauh dari kata memuaskan. Namun seorang peneliti asal Inggris Debbie Martyr mengklaim melihat makhluk yang selama ini "impian" itu pada tahun 1994.Â
Peristiwa melihatnya Uhang Pandak itu setelah Debbie berada tiga pekan di hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Jambi. Debbie mengatakan tinggi Uhang Pandak berkisar antara 85-130 cm.Â